Setelahnya ia digambarkan terikat oleh rantai yang menandakan kekangan dari kekasih yang posesif. Tak sampai situ, Sara kemudian terlihat semakin tertekan ketika dress putihnya bersimbah darah.
Gambaran ini adalah visualisasi kekerasan fisik dalam berpacaran. Sayangnya, sampai saat ini kasus kekerasan dalam berpacaran masih banyak terjadi.
Namun, pesan yang terpenting dari lagu ini adalah ajakan untuk bangkit dan keluar dari toxic relationship.
Baca Juga: Pertamina Luncurkan Promo Potongan Harga Tabung Gas Hingga 18 Juni 2020, Simak Penjelasannyare
Sara yang digambarkan tertekan dengan kekerasan, pada akhirnya digambarkan menemukan kembali kekuatannya. Sosok perempuan hitam yang muncul saat chorus dan menyanyikan lirik Jawa sebenarnya lebih dari jelmaan iblis yang menakutkan.
Sosok ini menggambarkan ketegasan dan keberanian yang ada pada perempuan, sekalipun perempuan korban toxic relationship.
Dancer perempuan dan sinden yang menari dengan percaya diri juga menunjukkan kekuatan seorang perempuan. Akhrinya dengan keberanian dan ketegasan ini, Sara berhasil ‘membunuh’ hubungan yang toxic dan menemukan dirinya yang baru.
**(R.D. Bernastito/Jurnal Presisi PRMN).