Myanmar akan Beli Banyak Vaksin Covid-19 Rusia dan China untuk Gelombang Baru Infeksi Corona

- 30 Juni 2021, 14:22 WIB
Ilustrasi Vaksin Covid-19
Ilustrasi Vaksin Covid-19 //Pixabay/Geralt

MANTRA SUKABUMI - Myanmar bertujuan untuk membeli lebih banyak vaksin Covid-19 Rusia dan China saat kasus meningkat

Myanmar sedang menegosiasikan pembelian 7 juta dosis vaksin Sputnik Covid-19 Rusia, kata kepala junta, ketika pihak berwenang mencoba untuk mengatasi gelombang baru infeksi virus corona.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia RIA, Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengatakan setelah awalnya berencana untuk membeli 2 juta dosis, Myanmar sekarang ingin membeli 7 juta.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

"Kami telah melakukan negosiasi untuk membeli lebih banyak dari Rusia," kata Min Aung Hlaing, sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari CNA pada 30 Juni 2021.

Dia tidak mengatakan apakah itu vaksin Sputnik V atau vaksin Sputnik Light single-shot.

Kepala junta, yang baru saja kembali dari perjalanan ke Rusia, mengatakan negara tetangga India, yang awalnya memasok sebagian besar vaksin Myanmar, tidak dapat memberikan lebih banyak dosis karena wabahnya sendiri.

"China juga telah mengirimkan beberapa vaksin dan kami juga telah menggunakannya. Kami juga akan melanjutkan negosiasi dengan China," katanya.

Myanmar telah mencatat 155.697 kasus Covid-91 dan 3.320 kematian sejak awal pandemi, menurut data kementerian kesehatan.

Baca Juga: Hanya Bermodal Senapan Rakitan, Rakyat Myanmar Lebih Memilih Bertempur Melawan Senjata Berat Junta Militer

Tetapi infeksi yang dilaporkan telah melonjak bulan ini, meningkatkan kekhawatiran akan gelombang yang jauh lebih besar. Banyak dari infeksi baru telah dilaporkan di dekat perbatasan dengan India.

Beberapa ahli kesehatan mengatakan tingkat infeksi sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi mengingat kegagalan dalam pengujian sejak kudeta 1 Februari.

Petugas kesehatan bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil untuk memprotes penggulingan penguasa terpilih Aung San Suu Kyi, yang pemerintahannya telah mengendalikan dua gelombang infeksi.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x