Sebaliknya, gempa ini berasal dari tempat yang aneh terjadi di tengah lempeng.
Gempa bumi serta petunjuk geologis lainnya, menunjukkan bahwa beberapa jenis deformasi (perubahan) yang terjadi jauh di bawah tanah, di daerah yang dikenal sebagai Cekungan Wharton.
Artikel terkait sebelumnya telah tayang di Pikiran-rakyat.com dengan judul Lempeng Tektonik Raksasa Terbelah Menjadi Dua di Samudra Hindia
Deformasi ini tidak sepenuhnya tak terduga di lempeng India-Australia-Capricorn karena bukan satu kesatuan yang kohesif.
"Ini seperti teka-teki. Ini bukan satu piringan lempeng yang seragam. Ada tiga piringan yang, kurang lebih, diikat bersama dan bergerak dalam arah yang sama," kata Coudurier-Curveur.
Baca Juga: Seorang Pengusaha Usulkan Prancis Agar Jual Lukisan Mona Lisa Untuk Tangani Pandemi Covid-19
Diduga kuat, lempeng tektonik raksasa di bawah Samudra Hindia yang disebut pecah ini karena terjadi kesalahan strike-slip yang sama seperti di San Andreas Fault. Kesalahan semacam ini membuat dua blok Bumi saling bergeser secara horizontal.
Menurut Coudurier-Curveur perpecahan lempeng ini terjadi karena bagian-bagian berbeda dari India-Australia-Capricorn bergerak dengan kecepatan yang berbeda.
Dia juga mengatakan zona perpecahan ini dulunya hanya celah pasif, menjadi batas baru bagi piringant yang terbelah menjadi dua bagian.
Namun, peneliti menyebut karena perpecahan India-Australia-Capricorn terjadi sangat lambat, gempa kuat lainnya di sepanjang patahan khusus ini kemungkinan tidak akan terjadi selama 20.000 tahun lagi.