MANTRA SUKABUMI - Kematian Ruth Bader Ginsburg , yang terjadi hanya beberapa minggu sebelum pemilihan presiden yang diperebutkan pada bulan November, akan menyebabkan pertarungan politik yang sengit di Senat AS dan dapat menjadikan pemilihan tersebut sebagai referendum tentang masa depan Mahkamah Agung AS.
Pemimpin Senat Republik Mitch McConnell mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat Senat akan bergerak maju dengan proses konfirmasi untuk siapa pun yang dicalonkan oleh Presiden Donald Trump.
"Senat dan bangsa berduka atas kematian mendadak Hakim Ruth Bader Ginsburg dan akhir dari kehidupan Amerika yang luar biasa," kata McConnell, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari Aljazeera.
Baca Juga: Jangan Lewatkan Malam ini Premiere League, Manchester United Vs Crystal Palace Live di MOLA TV
"Calon Presiden Trump akan menerima pemungutan suara di lantai Senat Amerika Serikat," kata McConnell.
Ginsburg, satu-satunya wanita kedua yang bertugas di pengadilan, adalah seorang raksasa yurisprudensi Amerika yang merupakan pendukung hak-hak perempuan dan hak suara.
Kematiannya membuka celah di Mahkamah Agung yang dalam masa jabatan terakhirnya terbagi rata antara hakim konservatif dan liberal dengan Ketua Mahkamah Agung John Roberts bertindak sebagai pemungutan suara.
Ginsburg adalah "pejuang keadilan yang tak kenal lelah dan tegas", kata Roberts dalam sebuah pernyataan.
Kerumunan orang berkumpul di gedung Mahkamah Agung di Washington, DC, pada Jumat malam, menunjukkan pentingnya perhatian publik pada momen tersebut.