Simak Esensi Hari Raya Idul Fitri, Bukan Sekedar Pakaian Harus Baru

14 Mei 2021, 07:45 WIB
Ilustrasi - 6 trend dari Spring 2021 Runway yang bisa diadaptasi untuk gaya berpakaian di Hari Raya Idul Fitri 2021. / Pexels/Rachelclaire.

 

MANTRA SUKABUMI - Idul Fitri merupakan salah satu hari yang dimuliakan oleh umat Islam.

Orang sering menyebutnya hari raya Idul Fitri, persisnya merayakan kemenangan atas hawa nafsu serta menahan lapar dan dahaga selama satu bulan lamanya.

Di Tanah Air, perayaan Idul Fitri juga identik dengan kegembiraan dan pakaian-pakaian baru.

Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: Tak Jauh Beda dengan Salah Lirik, Iis Dahlia Kembali Kena Hujat Usai Komentari Foto Bayi Nadya Mustika

Lalu Apa sebetulnya esensi hari raya Idul Fitri, dikutip mantrasukabumi.com dari akun resmi nu.or.id pada 14 Mei 2021.

Syekh Abdul Hamid bin Muhammad bin ‘Aly bin Abdil Qadir Qudsi al-Makki asy-Syafi’i dalam kitabnya Kanzun Najah was Surur mengungkapan:

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ، وَكُلُّ يَوْمٍ لاَ يُعْصَى فِيْهِ فَهُوَ عِيْدٌ

Artinya, “Bukanlah disebut id bagi orang yang mengenakan (pakaian) baru, sesungguhnya id itu bagi orang yang ketaatannya bertambah.

dan setiap hari yang tiada maksiat di dalamnya itulah ied.

(Abdul Hamid al-Makki asy-Syafi’i, Kanzu an-Najah wa as-Surur [Damaskus: Dar al-Sanabil, 1430 H/2009 M], h. 263).

Ungkapan ini seolah meluruskan orang-orang yang berpikir bahwa hari raya Idul Fitri selalu identik dengan baju baru.

Padahal, esensi Idul Fitri ialah ketaatan pada Allah yang semakin bertambah.

Baca Juga: Victor Yeimo Terancam Hukuman Seumur Hidup, Natalius Pigai: Polisi Perlu Kehati-hatian

Sebab, kita telah dilatih selama satu bulan untuk berlomba-lomba beramal shalih.

Jangan sampai ketika Ramadhan pergi, amal-amal kebaikan itu juga turut lenyap.

Yang diharapkan pasca-Ramadhan adalah kebaikan-kebaikan tetap senantiasa ditebarkan.

bahkan jika mampu justru semakin bertambah kadarnya.

Lebih lanjut kitab ini menuturkan, ketika umat Islam berkumpul untuk melangsungkan shalat Idul Fitri.

Allah subhanahu wa ta’ala berkata kepada para malaikat: “Wahai malaikat-malaikat-Ku, apa balasan bagi orang yang telah menyelesaikan pekerjaannya?” Malaikat menjawab, “Wahai Tuhan Kami, yaitu diberikan upahnya”.

Kemudian Allah berkata, “Aku bersaksi, wahai Malaikat-Ku, sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka semua” (Kanzu an Najah wa as-Surur, h. 264).

Maksud dari ‘menyelesaikan pekerjaan’ dalam konteks ini ialah pengibaratan umat Islam yang telah menuntaskan puasa Ramadhan.

Sehingga mereka layak diberi upah, berupa diampuni dosa-dosanya layaknya baju kotor yang dicuci dengan air yang mengalir.

Adapun asal-muasal disebut id juga disampaikan dalam kitab ini, yaitu:

Baca Juga: Ayya Renita Sampaikan Ucapan Hari Raya Idul Fitri, Gaun Pemain Ikatan Cinta Mis Kiki Dipertanyakan

وّلْيُعْلَمْ،أَنًّ الْعِيْدَ مَأْخُوْذٌ مِنَ الْعَوْدِ فَسُمِّيَ عِيْدًا لِتَكَرُّرِهِ كُلَّ عَامٍ، وَقِيْلَ: لِكَثْرَةِ عَوَائِدِ اللَّهِ تَعَالَى فِيْهِ عَلَى عِبَادِهِ بِفَضْلِهِ الْمَوْفُوْرِ، أَوْ لِأَنَّهُ جَلَّ وَعَلاَ يَعُوْدُ عَلَى خَلْقِهِ بِالسُّرُوْرِ، وَقِيْلَ: لِأَنَّ فِيْهِ عَوَائِدُ الإِحْسَانِ وَفَوَائِدُ الْاِمْتِنَان.. Dan diketahui, bahwa

kata id’ diambil dari kata ‘aud (kembali), lalu disebut id karena berulang-ulang setiap tahun.

Dikatakan demikian, sebab banyaknya kembalian (imbalan) Allah ta’ala bagi hambanya dengan keutamaan-keutamaan yang telah tersedia di hari itu.

Atau karena sesunggunnya Allah jalla wa ‘alaa kembali (mengunjungi) makhluk-Nya dengan kebahagiaan.

Dikatakan pula, karena pada hari itu terdapat imbalan-imbalan kebaikan dan beberapa anugerah yang menjadikan bersyukur” (Lihat Kanzun Najah was Surur, h. 265).

Berdasarkan penuturan-penuturan yang terdapat dalam kitab ini, sesungguhnya esensi hari raya Idul Fitri itu terletak pada hubungan kita kepada Sang Pencipta, yaitu Allah subhaanahu wa ta’ala.

Baca Juga: Gara-gara Dukung Israel, Gal Gadot Dibanjiri Kecaman Warganet hingga Tutup Kolom Komentar

Memang layak disebut sebagai hari raya atau hari kemenangan, sebab umat Islam mendapat imbalan atas amal ibadahnya selama bulan Ramadhan.

Namun, yang tidak kalah penting, upah yang besar hanya akan diberikan kepada orang yang bekerja dengan keras.

Begitu pula ganjaran yang banyak hanya akan diperoleh oleh orang yang banyak beramal kebaikan, serta senantiasa menambah kadar ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Wallahu a’lam.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: nu.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler