Gus Baha: Jangan Langsung Vonis dan Klaim Nama Allah SWT atas Kesalahan Orang Lain

24 Agustus 2021, 21:25 WIB
Gus Baha: Jangan Langsung Klaim Nama Allah Atas Kesalahan Orang Lain./ /Gus Baha'/@nasihat_gusbaha

MANTRA SUKABUMI - Ada ungkapan Gus Baha yang menarik dalam sebuah pengajian bersama santri-santrinya terkait dengan kesalahan.

Gus Baha ungkap bahwa jangan langsung vonis dan klaim nama Allah SWT atas kesalahan orang lain.

Seringkali jadi penyakit hati, Gus Baha menghimbau agar berhati-hati jangan sampai sembarangan memvonis dengan mencatat nama Allah SWT atas kesalahan orang lain.

Baca Juga: Shopee Gandeng Bintang Internasional Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Shopee 9.9 Terbaru

Berikut penjelasan Gus Baha, seperti dilansir mantrasukabumi.com dari video kanal Youtube Kajian Cerdas Official pada 24 Agustus 2021.

Diceritakan Wahsyi adalah orang yang membunuh Hamzah (Paman Nabi). Dia, secara dhohir, adalah orang yang didoakan buruk oleh Nabi.

Singkat cerita, karena Nabi, nyuwun sewu (permisi/mohon maaf), sering mendoakan buruk sebelum ada larangan mendoakan buruk, lalu ayat (Ali ‘Imran: 128) turun:

لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَٰلِمُونَ

“Muhammad, kamu memang kekasihku, tapi jika kamu mengintervensi-Ku maka tidak bisa. Aku tetaplah Tuhan. Tapi, soal keputusan itu hak-Ku. Aku ini ya mengampuni dan menyiksa.”

Beneran, Wahsyi yang paling fatal salahnya malah diberi hidayah. Sedangkan Tsa’labah paling rajin ke masjid, tidak pernah tidak sholat di shaf awal. Sampai-sampai dijuluki Hamamatul Masjid alias Merpatinya Masjid.

Akhirnya apa? Dia su’ul khotimah. Itu saja dia masih ditunggui Kanjeng Nabi.

Semenjak itu Nabi tidak pernah mendoakan buruk karena ada ayat (ke-128 dalam Surat Ali ‘Imran).

Baca Juga: Gus Baha: Miskinnya Negara dan Menderitanya Rakyat Gara-gara Orang seperti ini

Kita kan tidak pernah tahu tentang Allah, tapi yang jelas “سمى نفسه غفورا”, yakni Allah menamakan dirinya sebagai Ghofuur (Maha Pengampun).

Dan dalam syariat-Nya, siapapun itu, seburuk apapun dia, ada kemungkinan dia taubat sebelum mati, dan sebaik apapaun kita pun ada kemungkinan untuk su’ul khotimah.

Apalagi cuma buronan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kamu tidak boleh mengecap, kalau gemes ya gemes saja karena memang koruptor.

Kamu miskin sudah lama. Daripada diamuk istri karena tidak punya warisan mending kelihatannya dimiskinkan koruptor.

Kan kita butuh penjelasan tentang kemelaratan (kemiskinan) kita. Hehehe

Dibanding kamu disebut miskin karena tidak bisa bekerja, akhirnya kamu lebih baik mengatakan: “Gara-gara koruptor, akhirnya kita miskin!!”

Padahal sebelum ada koruptor, kita sudah miskin. Hehehe

Tapi, kita butuh penjelasan konkret, supaya kemiskinan kita bukan kita yang salah. Akhirnya menyalahkan koruptor.

Sebenarnya tidak ada pengaruhnya. Orang kaya juga masih banyak, padahal koruptor juga banyak. Kenyataannya yang kaya tetap banyak.***

 
Editor: Dea Pitriyani

Tags

Terkini

Terpopuler