Ceramah Singkat dan Padat Kultum Ramadhan 2022 dengan Judul Aktualisasi Nilai-nilai Sholat

5 April 2022, 18:50 WIB
Ceramah Singkat dan Padat Kultum Ramadhan 2022 dengan Judul Aktualisasi Nilai-nilai Sholat /pixabay.com/muhnaufals

MANTRA SUKABUMI - Kuliah tujuh menit (kultum) salah satu kegiatan khas di bulan Ramadhan 2022 biasanya dilaksanakan pada saat sebelum melaksanakan sholat tarawih atau setelah sholat subuh.

Berikut ini adalah contoh ceramah singkat dan padat hanya 7 menit teks kultum Ramadhan 2022 dengan judul tema 'Aktualisasi Nilai-nilai Sholat'.

Sebagai mana diketahui, sholat adalah ibadah wajib umat islam untuk dikerjakan dan akan mendapat ganjaran jika diamalkan.

Baca Juga: 3 Tips Mudah agar Cepat Khatam Al Quran 3 Kali Selama Bulan Ramadhan

Anda bisa menggunakan contoh ceramah singkat dan padat ini untuk disampaikan pada jamaah sebagai referensi untuk materi setelah sholat tarawih.

Dirangkum mantrapandeglang.com dari berbagai sumber pada Selasa, 5 April 2022, simak inilah kultum Ramadhan 2022 tema Aktualisasi Nilai-nilai sholat.

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin. washolatu wassalamu ‘ala asrofil ammbiyai wal mursalin, wa ‘ala alihi washohbihi ajma’in. ‘amma ba’du.

Salah satu hadiah Rasulullah SAW di dalam perjalan isra dan mi’rajnya adalah sholat lima waktu. Hal tersebut dipertegas oleh Rasulullah di dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan, antara lain, al-Iman Muslim yang berbunyi:

“Dari Murra, dari Abdullah beliau berkata bahwa ketika rasulullah diisra’kan oleh Allah beliau tertahan (hanya bisa sampai) di Sidratil Muntaha, maka (pada saat itu) beliau dianugerahkan 3 hal; sholat lima waktu, ayat-ayat terakhir Al-Baqarah, dan ampunan bagi orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu”.

Di dalam Alquran ditemukan sejumlah ayat yang memerintahkan pelaksanaan sholat. Ayat- ayat tersebut pada umumnya diawali dengan kata terambil dari kata yang berarti berdiri, padahal tidak demikian.

Baca Juga: Dosa Besar yang Langsung Dapat Balasan di Dunia, Berlaku Curang dalam Berdagang Salah Satunya

Para ulama berbeda pendapat tentang makna asal kata tersebut. Ada yang berpendapat ia terambil dari kata yang digambarkan tertancapnya tiang sehingga ia tegak lurus dan mantap.

Ada juga yang mengatakan bahwa ia terambil dari kata yang melukiskan pelaksanaan sesuatu dengan giat dan benar.

Betapapun beraneka pendapat tentang asal maknanya, tetapi tidak ditemukan seorang ulama pun yang memahaminya dalam arti berdiri atau mendirikan.

Bahkan, kitab tafsir yang paling singkat dan sederhana pun, al-jalalin, menjelaskan kata dengan melaksanakan shalat berdasarkan hak-haknya, yakni dengan khusyuk sesuai syarat, rukun, dan sunnahnya, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Hanya saja, jika kita mencoba mengkaji istilah khusyuk baik di dalam alquran maupun dalam hadis-hadis rasullah SAW, tidak dikemukakan penjelesan makna kata tersebut.

Bahkan penjelasan khusyuk di dalam sholat juga tidak ditemukan di dalam kitab-kitab fikih yang telah ditulis oleh para fuqaha.

Padahal, kita tentu sepakat bahwa sholat yang dinilai dan diterima oleh Allah adalah Shalat yang khusyuk.

Khusyuk sebagai dikemukakan oleh ahli tasawwuf, tidak lain kecuali dzikir di dalam shalat.

Baca Juga: Bocoran Soal PAT PAS Bahasa Inggris Kelas 6 SD MI Beserta Kunci Jawaban Tahun 2022

Sebab tidak bernilai apa apa kecuali dzikir, seperti firman Allah SWT dalam QS. Thaha 20:14:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Yang Artinya:

Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikianlah shalat untuk mengingat aku.

Ayat diatas dengan jelas menyebutkan bahwa tujuan shalat sebenarnya hanyalah untuk mengingat atau dzikir kepada Allah SWT. Kata Dzikir dari segi bahasa berarti menyebut atau mengingat.

Atas dasar ini, para agamawan memperkenalkan dua macam dzikir, yaitu dengan lidah/ bi al-lisan dan dengan hati / bi al-qalb.

Disamping itu, dzikir juga mempunyai dua sisi, sisi pasif san sisi aktif. Yang pertama berfungsi mengosongkan hati dari segala yang menggundahkannya, dan yang kedua menghiasi jiwa dengan kehadiran Allah SWT.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang melaksanakan shalat dengan khusyuk, yaitu dengan dzikir, interaktualisasi didalam dirinya hati yang tenang, pikiran yang cerah, positif thingking. Dan berlapang dada. Ingatannya kepada Allah menjadikan ia terhindar dari dengki, kikir, riya, angkuh dan berkesinambungan. Betapa tidak, bukankah ia hidup bersama allah, merasa kuat dengan-Nya sambil menyerahkan diri kepada-Nya setelah melakukan segala upaya. Inilah antara lain kandungan janji Allah dalam QS Al-Rad 13:28:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Yang Artinya:

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan Allah-Lah hati menjadi tenteram.

Hati yang damai, tenteram dan berbagai sifat yang baik tentu akan mencerminkan dalam kehidupan pribadi seorang mushalli yang khusyuk. Mereka tidak akan melakukan sesuatu aktifitas yang melanggar syariat karena hatinya selalu berdzikir kepada Allah.

Sebaliknya, orang melaksanakan shalat hanya untuk melepaskan kewajiban dan bukan sebagai kebutuhan rohaniah, maka nilai shalatnya akan minim dan mungkin bahwa tidak bernilai apa-apa di sisi Allah.

Itulah, antara lain dari diri Allah mengingatkan kepada kita untuk senantiasa menjaga shalat dan jangan bersifat lalai didalam melaksanakannya. Hal tersebut dipertegas oleh Allah di dalam QS Al-Maa’un 107:1-5:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

Yang Artinya:

Maka kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, (Yaitu) orang orang yang lalai dari shalatnya.

Menurut al-Imam al-Qurthubi di dalam tafsirnya al-Jami li Ahkam al-Quran menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata sahun lalai adalah:

1. Tidak ada rasa penyesalan dan rasa takut ketika ia meninggalkan shalat;

2. Tidak shalat tepat waktu;

3. Tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.

Ketiga kriteria yang dikemukakan diatas memang sangat memungkinkan seseorang untuk tidak khusyuk di dalam shalat . orang yang shalat pada akhir waktu umpamanya, akan selalu terburu-buru bagaikan orang dikejar.

Itulah sebabnya Rasul SAW menganjurkan untuk shalat pada awal waktu karena juga akan berpengaruh terhadap penyempurnaan ruku dan sujud seseorang.

Ada dua perintah Allah yang sering disebutkan secara bergandengan, yaitu :

Perintah untuk menegakkan shalat dan perintah untuk mengeluarkan zakat.

Perintah pertama lebih menekankan hubungan kepada Allah, sedangkan yang kedua lebih menekankan hubungan kepada sesama manusia. Akan tetapi, tidak berarti kedua perintah tersebut hanya memiliki satu bentuk hubungan.

Shalat tidak berarti jika hasilnya hanya akan melepaskan kewajiban kepada Allah. Shalat itu dianggap berarti jika dapat berpengaruh di dalam pergaulan kepada sesama manusia. Ini juga dapat berarti bahwa shalat memiliki dimensi sosial.

Baca Juga: Contoh Ceramah Singkat Kultum Ramadhan 2022 tentang Dosa Besar di Penghujung Ramadhan yang Wajib Diketahui

Seseorang yang melakukan kedzaliman begitu pula mereka yang tidak peduli kepada orang-orang yang ada disekitar mereka dapat disebutkan bahwa nilai-nilai shalatnya belum teraktualisasi di dalam kehidupan mereka.

Apa yang digambarkan diatas tampaknya menunjukkan bahwa dzikir di dalam shalat yang merupakan inti kekhusyukan sangat susah untuk dilakukan. Tetapi hal itu tidak berarti tidak bisa dilakukan.

Olehnya itu, untuk mendapatkan kekhusyukan di dalam shalat, salah satu cara yang harus ditempuh adalah dengan membiasakan diri melaksanakannya.

Mungkin pada awalnya masih susah untuk khusyuk, tetapi jika dilakukan secara berkelanjutan maka dengan sendirinya akan muncul.

Inilah mungkin salah satu rahasia mengapa Rasullullah SAW menganjurkan kepada orang tua untuk mengajarkan shalat kepada anak-anaknya sejak dini.

Yang jelas bahwa kita sholat harus dikerjakan sebagai washillah kepada Allah SWT apabila washillah tersebut terputus maka hubungan kepada Allah menjadi terputus.

Apabila hal tersebut terjadi maka sangat memungkinkan hubungan sosial kepada sesama manusia juga terputus karena orang seperti ini tidak mendapat hidayah dari Allah SWT.

Untuk mendapatkan hidayah darinya, jalan yang paling ampuh adalah melalui media shalat, karena didalamnya diajarkan bagaimana memaksimalkan ingatan kepada-Nya.

Dan selanjutnya orang yang banyak mengingat Allah tentu dengan sendirinya selalu terhindar dari perbuatan yang fakhsya’ dan mungkar, baik kepada Allah juga kepada sesama manusia, bahkan kepada mahluk Allah yang lain.

Akhirul kalam, Billahi Fissabilhaq, Fastabiqul Khoirot. Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.***

Editor: Ajeng R H

Tags

Terkini

Terpopuler