Begitu juga dalam QS. Az-Zumar : 68, Allah SWT sudah berfirman; "Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)"
Bagi kita umat islam yang percaya akan datangnya hari kiamat, beberapa ayat ayat yang disebutkan tadi, harusnya sudah menjadi peringatan untuk kita semua bahwa, kehancuran dunia (kiamat) pasti akan terjadi, dan tidak ada dari kita yang tahu, kapan datangnya hari kiamat tersebut.
Mulailah untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah, berbuat kebaikan, kembali ke jalan yang diridhoi Allah, dan menjauhi segala hal yang bisa menyebabkan murka Allah.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata bahwa, Nabi SAW pernah bersabda "Jarak antara kedua tiupan itu adalah empat puluh" "Ya Abu Hurairah, apakah empat puluh itu?" Tanya sahabat, "Saya tidak tahu" Jawab Abu Hurairah "Apakah empat puluh bulah?” Tanya sahabat "Apakah empat puluh tahun?” Tanya sahabat lagi "Saya tidak tahu" Jawab Abu Hurairah.
"Kemudian Allah menurunkan hujan, maka tumbuhlah manusia seperti pepohonan. Ketika itu tubuh anggota tubuh manusia rusak, kecuali sebuah tulang, yaitu tulang punggung bagian bawah (ekor). Dari tulang itulah manusia dihimpun kembali bentuknya kelak pada hari kiamat"
Meski tidak ada satupun makhluk yang mengetahui kapan datangnya, namun Rasulullah SAW mengabarkan jika waktunya sudah dekat, bahkan kini terompet tersebut sudah berada di bibir Malaikat Israfil.
Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu mengungkapkan bahwa, Nabi SAW pernah bersabda: “Bagaimana aku dapat merasakan nikmat, sebab Malaikat pemegang sangkakala sudah memasukan sangkakala (ke mulutnya). Dan la pasti akan langsung meniup sangkakala itu, jika telah mendengar perintah untuk meniupnya"
Para sahabat yang mendengarkan merasa takut, lalu Rasulullah SAW bersabda lagi; "Ucapkanlah, Cukupkanlah Allah sebagai penolong kami, dan Dia sebaik-baiknya pelindung. Hanya kepada Allah lah kami bertawakkal (berserah diri)” (HR. Tirmidzi).