Sejarah Qurban Menurut Gus Baha yang Jarang Diketahui Banyak Orang

- 15 Juli 2021, 11:00 WIB
Sejarah Qurban Menurut Gus Baha yang Jarang Diketahui Banyak Orang./
Sejarah Qurban Menurut Gus Baha yang Jarang Diketahui Banyak Orang./ /Unsplash.com/Kasper Lau/



MANTRA SUKABUMI - Sejarah qurban menurut Gus Baha atau KH. Bahauddin Nur Salim.

Banyak Kyai dan Ustadz yang sudah menjelaskan sejarah qurban, namun yang dijelaskan Gus Baha ini agak sedikit berbeda.

Bahkan tak banyak orang yang mengetahui bagaimana sebenarnya sejarah kurban yang disampaikan Gus Baha ini.

Baca Juga: Sea Group, Shopee dan Garena Sumbangkan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin untuk Kemenkes

Salah satunya Gus Baha menjelaskan tentang latar belakang perintah kurban.

Dilansir mantrasukabumi.com dari unggahan di kanal Youtube Kumparan Dakwah pada Kamis, 15 Juli 2021

Pada hakikatnya, kata Gus Baha bahwa hewan kurban itu harus spesial.

Sehingga saat zaman sebelum era Nabi Muhammad hewan kurban itu selalu diperuntukkan untuk orang-orang spesial.

Salah satu contoh, saat era Nabi Ibrahim kurban diperuntukkan kepada Ka'bah.

Namun, karena Ka'bah tidak bisa makan, maka dagingnya diperuntukkan kepada orang-orang spesial, seperti penjaga Ka'bah.

"Ini hewan kurban harus spesial dan yang makan harus orang-orang spesial seperti penunggu Ka'bah," kata Gus Baha.

Dengan adanya kurban ini maka adalah sebuah tradisi pada zaman Nabi Ibrahim yakni tradisi makan-makan.

Tradisi makan-makan tersebut diperuntukkan bagi orang-orang spesial tadi, seperti penjaga Ka'bah.

Namun setelah Nabi ibrahim wafat, dalam tradisi kurban tersebut terjadi banyak penyelewengan.

Maka, tradisi tersebut berusaha diubah oleh Nabi Muhammad melalui ajaran agama Islam.

Akan tetapi, Nabi Muhammad tidak mengubah tradisi makan-makannya agar tidak memberikan kesan, bahwa Islam itu pelit.

Baca Juga: Keutamaan dan Hikmah Qurban di Hari Raya Idul Adha, Salah Satunya Ibadah yang Dicintai Allah SWT

Menurut Gus Baha, Nabi Muhammad merubah tradisi yang melenceng itu dengan istilah kurban yang sesuai syariat Islam.

"Mengapa itu harus terjadi, karena kurban itu syariatnya Nabi Ibrahim di mana orang Mekah itu keturunan Nabi Ibrahim, sehingga sisa-sisa (tradisi) makan-makannya masih (ada) cuma mulai ada melenceng ada sesajen, kurafat, ada bidah," tutupnya.

Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan latar belakang dan makna dari sejarah Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk berkurban.

Menurut Gus Baha, saat Nabi Ibrahim masih hidup, dirinya mengaku sebagai orang yang paling mencintai Allah SWT.

"Nabi Ibrahim as itu mengklaim kalau dia nabi yang paling sayang kepada Allah dan paling dekat kepada Allah," katanya.

Karena hal itu, maka Allah SWT menguji Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya yang juga sangat dicintainya.

Hal itu menjadi sebuah bentuk pembuktian, bahwa rasa sayang Nabi Ibrahim kepada Allah SWT tidak berkurang meskipun mempunyai anak.

Dari kisah tersebut, menurut Gus Baha ada pesan, bahwa seseorang diperbolehkan mencintai anaknya dan juga Allah SWT secara bersamaan.

"Sehingga dengan cerita versi itu, Allah akan memaklumi ketika orang mencintai Allah secara serius bersamaan dengan mencintai anaknya. Dengan proporsi masing-masing," ujar Gus Baha.***

Editor: Dea Pitriyani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x