Gus Baha: Orang Saleh itu Harus Kaya, Contoh Imam Malik yang Berpakaian Mewah dan Surban Menjuntai

- 2 September 2021, 13:06 WIB
Gus Baha: Orang Saleh itu Harus Kaya, Contoh Imam Malik yang Berpakaian Mewah dan Surban Menjuntai
Gus Baha: Orang Saleh itu Harus Kaya, Contoh Imam Malik yang Berpakaian Mewah dan Surban Menjuntai /Mantrasukabumi/ngaji.gus.baha •

MANTRA SUKABUMI - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab dipinggil Gus Baha menegaskan bahwa penting bagi saleh memiliki kekayaan.

Sebab harta di tangan orang yang saleh akan dibawa ke dalam kebaikan kata Gus Baha.

Sebaliknya, menurut Gus Baha jika harta kekayaan dimiliki orang fasik justru bisa menjadi sarana atau pengantar pada kemaksiatan yang jelas perbuatan terlarang.

Baca Juga: Shopee Gandeng Bintang Internasional Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Shopee 9.9 Terbaru

“Kalau pakai logika fikih, harta itu dibilang fitnah. Oke, seakan-akan harta itu masalah. Tapi jika harta dimiliki orang dzalim, maka akan menjadi masalah besar. Sehingga orang saleh juga harus menguasai harta,” kata Gus Baha yang dikutip mantrasukabumi.com dari Youtube Dawuh Ustadz.

Gus Baha juga menerangkan pendapat Imam Syafi’i, menurutnya walaupun beliau hidup sangat sederhana dan mengagumi orang miskin, tapi tetap menginginkan orang saleh menguasai harta.

Hal ini seperti dikisahkan ketika Imam Syafi’i bertanya kepada gurunya, Imam Malik, tentang orang yang alim selain dia.

Imam Malik merupakan sosok yang sangat alim tapi juga kaya raya. Ia terbiasa dengan pakaian mewah, surban menjuntai, dan sering berganti kendaraan dari jenis kuda dan unta mahal, serta asesoris duniawi mahal lainnya.

Bahkan saat beliau wafat, Imam Malik meninggalkan harta yang cukup banyak, seperti karpet, bantal berisi bulu, dan lainnya yang ketika itu terjual dengan harga lima ratus dinar.

“Jadi Imam Malik itu kaya raya, dan Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban juga kaya, tapi beliau-beliau ini juga alim. Itu diakui sendiri oleh Imam Malik,” ujar Gus Baha.

Baca Juga: Gus Baha Ungkap jika Perempuan Memiliki Keinginan Seperti ini

Selain itum Gus Baha menerangkan bahwa Imam Syafi’i dibiayai oleh Imam Malik untuk pergi ke Irak guna menemui Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban.

Begitu tiba di kediaman beliau, Imam Syafi’i kaget karena si tuan rumah juga sangat kaya raya, bahkan saat itu ia tengah sibuk menata uang dan emas di ruang tamunya.

Dalam hati Imam Syafi’i sempat timbul pemikiran bahwa Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban adalah materialistis dan keduniawian.

Melihat Imam Syafi’i seperti aneh saat menyaksikan hartanya  begitu banyak,  Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban kemudian berkaya:

“Anda kagum ini, anda kaget ini. Kalau Anda menyoal orang saleh kaya, ini (harta) saya kasihkan kepada orang-orang fasik biar dipakai judi, selingkuh, maksiat, dan sebagainya,”  kata Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban.

Lalu Imam Syafi’i menjawab: “Jangan, jangan, harta ini harus tetap di tangan orang saleh. Kalau jatuh ke tangan orang fasik, bisa bahaya.”

Baca Juga: Gus Baha: Jangan Mudah Menghakimi Allah yang Bisa Membolak-Balikkan Keadaan

Dialog antara orang alim Imam Syafi’i dengan Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban ini mengisyaratkan bahwa orang soleh boleh bahkan harus menguasai harta.

Karena jika harta dikuasai orang fasik makan akan menimbulkan mudarat dan maksiat yang justru Allah sangat tidak suka itu.

“Berarti kiai, orang saleh boleh kaya, dan sejak saat itu ada gerakan kiai kudu sugih (harus kaya). Cuma ada yang kesampaian, ada yang tidak (kesampaian),” ucap Gus Baha.***

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah