Gus Baha Jelaskan Filosofi Surat Al Baqarah Ayat ke-3, Ada Keistimewaan Manusia Dibanding Malaikat

- 15 September 2021, 16:30 WIB
Gus Baha Jelaskan Filosofi Surat Al Baqarah Ayat ke-3, Ada Keistimewaan Manusia Dibanding Malaikat./
Gus Baha Jelaskan Filosofi Surat Al Baqarah Ayat ke-3, Ada Keistimewaan Manusia Dibanding Malaikat./ /unsplash/@aoun17



MANTRA SUKABUMI - Gus Baha dalam kajian kitab bersama santrinya membahas filosofi atau makna surat Al Baqarah ayat ke-3.

Gus Baha dengan rinci menjelaskan makna daripada surat Al Baqarah ayat ke-3 ini yang mana di dalamnya tersimpan makna istimewanya manusia dibanding malaikat.

Gus Baha katakan manusia itu istimewa ketimbang malaikat karena mengimani atau mempercayai sesuatu yang belum mereka lihat.

Baca Juga: PT Shopee Internasional Indonesia Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA, ini Syaratnya

Dan Gus Baha sampaikan inilah yang dimaksud beriman kepada hal yang gaib (yang belum pernah terlihat). Yang mana hal ini tersimpan dalam surat Al baqarah ayat ke-3.

"inilah yang disebut الذين يومنون بالغيب. Orang tidak melihat kok iman, kan aneh" ucap Gus Baha seperti dilihat mantrasukabumi.com dari unggahan video di kanal YouTube Santri Kiyai, 15 September 2021.

"Maksudnya itu kenapa الذين يومنون بالغيب suatu kelebihan? Karena orang tidak melihat kok percaya. Paham ya" tegas Gus Baha

"Jadi itu filosofinya luar biasa, ada keistimewaan manusia. Karena tidak melihat Allah, tidak melihat surga, tidak melihat malaikat, tapi iman. Itu namanya الذين يومنون بالغيب" ujar Gus Baha

"Terus dengan kelebihan ini manusia lebih unggul ketimbang malaikat". Tambahnya.

Dikutip juga dari Nu Online, Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam Tafsirul Munir mengatakan, Allah menyebut empat sifat orang bertakwa yang menerima petunjuk Al-Qur’an.

Mereka adalah orang yang beriman dan mempercayai hal ghaib yang dikabarkan Al-Qur’an, yaitu kebangkitan, hisab, shirath, surga, neraka, dan hal ghaib lainnya.

Mereka tidak berhenti semata pada benda material dan fisik empiris yang dapat dijangkau oleh pikiran pendek semata.

Mereka menjangkau alam metafisik di balik materi, yaitu roh, jin, malaikat, dan puncaknya ujud dan keesaan Allah.

Baca Juga: Penjelasan Gus Baha Soal Hukum Musik yang Ramai Dibicarakan Usai Sejumlah Santri Tahfiz Qur'an Tutup Telinga

Tafsir Jalalain menerangkan, mereka yang beriman adalah mereka yang mempercayai hal ghaib, sesuatu yang tidak terlihat oleh mereka, yaitu kebangkitan, surga, dan neraka.

Imam Al-Baghowi menafsirkan, hal ghaib adalah sesuatu yang tertutup dari pandangan mata.

Ibnu Abbas RA mengatakan, hal ghaib di sini adalah segala hal tertutup dari penglihatanmu yang diperintahkan untuk diimani, yaitu malaikat, kebangkitan, surga, neraka, shirat, mizan.

Al-Baghowi mengutip ulama yang menafsirkan, hal ghaib adalah Allah. Ada juga yang menafsirkannya Al-Qur’an sebagai hal ghaib.

Al-Hasan Al-Bashari menafsirkan hal ghaib sebagai kehidupan akhirat. Zirr bin Hubaisy dan Ibnu Juraij mengartikan hal ghaib adalah wahyu dengan melihat Surat An-Najm ayat 35. (Al-Baghowi),

Ibnu Katsir mengatakan, ghaib yang dimaksud di sini diungkapkan berbeda oleh ulama salaf. Semuanya benar untuk dirujuk.

Hal ghaib menurut Abul Aliyah adalah keimanan kepada Allah, malaikat, kitab, para rasul, hari akhir, surga, neraka, perjumpaan dengan-Nya kelak, kehidupan setelah kematian, dan kebangkitan.

Semuanya, kata Abul Aliyah, ghaib. Demikian juga pendapat Qatadah bin Da’amah. Sementara Ismail bin Abu Khalid mengartikan ghaib dengan keghaiban Islam.

Zaid bin Aslam mengartikannya sebagai takdir. Semua tafsiran berdekatan, semakna, karena semua yang disebutkan adalah termasuk hal ghaib yang wajib diimani. (Ibnu Katsir).***

Editor: Dea Pitriyani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x