Benarkah Menabung Bukan Kebiasaan Orang Sholeh dan Disebut Berlebihan? Begini Penjelasan Gus Baha

- 5 Oktober 2021, 13:32 WIB
 Gus Baha Jelaskan Benarkah Menabung Bukan Kebiasaan Orang Sholeh dan Disebut Berlebihan?
 Gus Baha Jelaskan Benarkah Menabung Bukan Kebiasaan Orang Sholeh dan Disebut Berlebihan? /Instagram/@ceramahgusbaha

MANTRA SUKABUMI - Gus Baha dalam kajian tausiahnya menjelaskan pemahaman yang salah tentang menanggapi seseorang yang gemar menabung.

Gus Baha sebut jika ada orang yang mengatakan bahwa menabung adalah perbuatan berlebihan itu keliru.

Gus Baha katakan bahwa fatwa-fatwa zuhud yang melarang orang menabung itu hanyalah omong kosong.

Baca Juga: dr Aisyah Dahlan: Tips Bekal Rumah Tangga Inilah Bagian yang Disukai Pria dari Wanita

Bahkan Gus Baha menceritakan di zaman dulu ada orang tua yang menyimpan batangan emas untung anaknya, akan tetapi oleh Allah tetap disifati orang sholeh.

"Jadi, fatwa-fatwa zuhud yang melarang orang menabung itu omong kosong", ujar Gus Baha sebagaimana dilihat mantrasukabumi.com dari unggahan video di kanal YouTube Santri Muda Gus Baha, 5 Oktober 2021.

Bahkan Gus Baha katakan bahwa fatwa tersebut ditentang oleh ulama-ulama syariat.

"Fatwa itu ditentang oleh ulama-ulama syariat"ucapnya.

Kemudian Gus Baha mengisahkan ashabul kahfi, ada orang sholeh menyimpan emas batangan di tembok demi anaknya.

Orang sholeh tersebut mempertahankan dan menyimpan emas itu untung keberlangsungan kesholehan anaknya.

Dan ternyata hal tersebut diperhatikan oleh Nabi Khidir, supaya emas ini tidak jatuh ke tangan orang orang zalim.

Toh, orang ini ketika menyimpan emas tetap disifati Allah : وكان ابوهما صالحا

"Dan ayahnya adalah orang sholeh" (QS Al Kahfi:82).

"Itu menunjukan jika orang sholeh menabung itu tidak mengurangi kesholehan", ucapnya.

Kita tahu dalam surah al-Kahfi, ada kisah Nabi Musa As. bertemu dengan Nabi Khidir As. Nabi Khidir, saat ngetes Nabi Musa melakukan pembangunan sebuah tembok yang sudah hampir rubuh.

Nabi Musa kemudian protes mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir As.

Pasalnya, desa tersebut berisi orang-orang yang zalim, kenapa harus dibantu dengan membangun tembok segala. Kira-kira begitu.

Ternyata, seperti disebutkan dalam Al-Quran, Nabi Khidir menjelaskan bahwa dibawah tembok tersebut ada harta berupa emas batangan warisan untuk dua anak yatim peninggalan ayahnya.

Kalau tembok itu sampai rubuh, maka ada mudharat yang lebih besar, yaitu harta hak dua anak yatim itu terbongkar dan diketahui orang zalim.

Tapi seperti ditegaskan oleh Gus Baha, kisah ini penegasannya adalah menabung tidak berarti mengurangi kesalehan.

Karena kisah ayah dua anak yatim tersebut, menyimpan emas batangan untuk anaknya kelak, tapi ia tetap salih.

“Tapi logikanya jangan dibalik ya, kalau tidak menabung berarti tidak shalih, bukan begitu maksudnya. Tapi orang yang menyimpan harta demi kehormatan atau keberlangsungan hidup keturunan, itu tidak bertentangan dengan kesalehan.” ucapnya.

Baca Juga: Cara Niat Sholat dan Sujud yang Benar Kata Gus Baha: Jangan Niatnya Ingin Diterima oleh Allah SWT

Beliau melanjutkan, bahwa pandangan seperti ini yang membuatnya setuju dengan pandangan Ibn Khaldun, bahwa sejak dahulu sebenarnya Nabi-Nabi itu pasti datang dari keluarga terhormat.

“Tapi, kata al-Ghazali, sebenarnya terhormat itu bukan berarti maksudnya selalu pemimpin atau raja, tapi terhormat disitu maknanya adalah memiliki harta atau kehormatan (al-mal aw al-jaah) yang bisa membentengi agama dan keyakinannya.”

Tapi sekali lagi, yang ingin ditegaskan dari kisah Nabi Khidir diatas adalah menabung untuk menjaga kehormatan agar tidak meminta-minta atau jatuh miskin tidak bertentangan dengan keshalihan.

Ini justru mengkritik pandangan yang menganjurkan untuk hidup sederhana, namun sampai pada taraf berlebihan sehingga harus bertawakal total sehingga kalau mempunyai atau menyimpan uang, terkesan sedang melakukan dosa.***

Editor: Abdullah Mu'min


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x