Lalu Sayyidina Ali menjawab, “Saat hendak aku penggal karena dia kafir tetapi meludahiku, akhirnya aku marah dan lari”.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan “Karena jika aku menikamnya, berarti aku menuruti nafsuku yang tersinggung karena wajah diludahi”
Dari kisah di atas Gus Baha mengingatkan bahwa meskipun amar ma’ruf nahi munkar, tetap harus berhati-hati.
Selain itu, dari kisah ini pun kita dapat memetik teladan Ali Bin Abi Thalib dalam mengelola emosi saat marah.
“Maka kamu jangan terlalu keras jika marah, misalkan Rukhin ingkar janji; Wah, dasar kamu ini aku tunggu-tunggu, maksudnya tak usah berlebihan,” ucap Gus Baha dikutip oleh mantrasukabumi.com yang dilihat dari video kanal Youtube Santri Official pada Rabu 24 November 2021.
Karena manusia tidak lepas dari perasaan nafsu, maka dari itu kita dapat memetik kisah Sayyidina Ali Bin Abi Thalib yang mahsyur tersebut.
Saat hendak menghukum musuhnya namun mengurungkan niat karena wajahnya diludahi.
Yang bilamana tetap dilakukan dirinya khawatir saat mengakhiri hidup sang musuh untuk menuruti permintaan nafsu.
Sebagaimana tertera dalam kitab Nashoihul Ibad Maqolah 17 perihal akal dan nafsu seperti berikut:
طُوْبَى لِمَنْ كَانَ عَقْلُهُ اَمِيْرًا وَهَوَاهُ اَسِيْرًا وَوَيْلٌ لِمَنْ كَانَ هَوَاهُ اَمِيْرًا وَعَقلُهُ اَسِيْرًا.