Contoh Ceramah Kultum Ramadhan 2022 Kisah Sahabat Nabi Muhammad SAW dan Keistimewaannya

- 14 April 2022, 12:20 WIB
Ilustrasi kultum Ramadhan tentang mencari malam Lailatul Qadar di 10 malam terakhir.
Ilustrasi kultum Ramadhan tentang mencari malam Lailatul Qadar di 10 malam terakhir. /Pixabay.com/flowyshit.

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” [Quran At-Taubah: 100]

Seandainya Allah Ta’ala tidak menurunkan ayat selain dari ayat ini untuk memuji para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ini sudah sangat cukup. Karena mereka semua disebut oleh Allah sebagai orang-orang yang telah Allah ridhai. Dan Allah mengungkap isi hati mereka, bahwa mereka juga orang yang ridha kepada Allah.

Baca Juga: Kultum Ramadhan 2022 Tema Nuzulul Quran dengan Judul Allah Turunkan Al Quran sebagai Hidayah

Kalau ridha kepada Allah hanya dengan pengakuan lisan, maka itu mudah. Tapi hati siapa yang tahu. Nah.. para sahabat Nabi Allah ungkapkan isi hati mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang ridha kepada Allah Ta’ala. Ridha Allah sebagai Tuhan sehingga mereka tidak menyembah selain Allah. Ridha dengan keputusan Allah, sehingga mereka tak pernah mencela takdir. Dll.

Namun saudara-saudara sekalian,

Karena adanya fitnah dan konflik di tengah para sebagian orang mulai memberanikan diri untuk menilai para sahabat. Setelah Allah Ta’ala sendiri yang menilai mereka. Mereka mulai mengukur dan membandingkan diri dengan para sahabat. Sehingga di antara umat akhir zaman ini, ada yang dijadikan panutan dan diikuti melebihi para sahabat. Karena itulah, perlu kiranya kita melihat secara terperinci keadaan para sahabat. Sehingga kita bisa mengukur diri. Dan bisa menasihati orang-orang yang mengklaim tidak kalah dengan para sahabat. Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَسْتَوِي مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Quran Al-Hadid: 10]

Setelah Allah menyatakan sahabat yang memeluk Islam sebelum penaklukkan Mekah lebih utama dibanding mereka yang memeluk Islam setelah itu, Allah puji dua kelompok ini dengan ungkapan, “Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik” balasan yang baik itu adalah surga. Ayat ini tidak menjamin orang-orang setelah mereka. Artinya, jauh sekali kedudukan kita dengan mereka.

Mengapa mereka memiliki keutamaan sampai seperti ini?

Halaman:

Editor: Robi Maulana

Sumber: khotbahjumat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x