2 Contoh Teks Khutbah Jumat 2022, Singkat Padat Bermakna

- 3 Juni 2022, 06:35 WIB
2 Contoh Teks Khutbah Jumat singkat padat bermakna
2 Contoh Teks Khutbah Jumat singkat padat bermakna /*/Mantrasukabumi.com/PIXABAY/Skitterphoto / 2380 images

MANTRA SUKABUMI - Inilah 2 contoh teks khutbah Jumat, singkat padat bermakna.

2 contoh teks khutbah Jumat masing-masing memiliki tema yang berbeda-beda.

Contoh teks khutbah pertama bertema pertanggung jawaban di akhirat, contoh teks khutbah yang kedua bertema bahaya hasad bagi peradaban manusia.

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Jumat Tersingkat Tentang Menjadikan Indonesia sebagai Destinasi Halal Dunia

Sebagaimana dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber pada Jumat, 3 Juni 2022, berikut 2 contoh teks khutbah Jumat:

Contoh khutbah yang ke 1 tema pertanggung jawaban di akhirat

Khutbah Pertama

“Wahai orang-orang yang beriman,” menurut ana semua yang hadir di tempat ini beriman. Berarti kita dipanggil, jama’ah.

Berulang kali Allah memanggil kita di dalam Al-Qur’anul Karim, tapi kita tidak mendengarkan, kita sibuk dengan aktivitas kita. Allah mengatakan:

اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ

“Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.”

Sebagian berkata “kalau takwa kita sering mendengarnya”. Padahal itu bukan hanya ucapan yang didengar, tapi takwa adalah mengingat Allah selalu dan tidak melupakanNya. Takwa adalah bersyukur kepada Allah dan tidak kufur. Takwa adalah melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Jangan mati kalian kecuali dalam kondisi Islam.”

Ahibbati Fillah..

Kalau kita melihat peristiwa demi peristiwa yang kita hadapi di rumah kita, di diri kita pribadi, di kampung kita, di negeri kita, ada banyak musibah. Dan ternyata musibah itu seakan-akan tidak pernah berhenti menimpa kita.

Kenapa? Yaitu karena memang kita sedang berada di negeri bala’, kita sedang hidup di dunia yang kata Allah ‘Azza wa Jalla:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ

“Kami benar-benar akan menguji kalian dengan rasa takut, rasa lapar”

وَنَقْصٍ…

“Ada kekurangan harta, keurangan buah-buahan, kurangan kerabat.”
Iya, itu ujian dari Allah ‘Azza wa Jalla.

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Berikan kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqarah[2]: 155)

Ahibbati Fillah.

Di antara musibah-musibah yang menimpa kita, yang menimpa saudara kita, ada sebagian kehilangan motornya, ada sebagian yang terbakar rumahnya, ada sebagian terjadi gempa di negerinya. Menurut kita sebagian musibah itu besar. Kasihan fulan, bapaknya mati, ibunya mati, rumahnya habis. Iya, kita kasihan sama fulan. Satu kampung hilang dari Indonesia.

Tapi ada sebuah musibah yang lebih besar daripada kita kehilangan rumah dan isi rumah kita. Ada sebuah musibah yang lebih dahsyat daripada gempa bumi, daripada tsunami, apa itu? Yaitu musibah agama kita.

Sebagian orang kehilangan shalat subuh, sebagian orang melakukan kemaksiatan, sebagian orang melakukan kesyirikan, tapi dia tidak merasa itu musibah.

Ahibbati Fillah..

Berapa sih harga rumah kita? Berapa sih harga kompleks ini? 10 triliun? Tidak sampai! 1 triliun? Kemahalan. Berapa kira-kira?

Kita tau dua rakaat sebelum subuh:

رَكعَتَا الْفجْر خير من الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Dua rakaat sebelum subuh itu lebih baik dari negeri ini.”

Kita sering kehilangan dua rakaat sebelum subuh tapi kita tidak merasa kehilangan apa-apa. Kalau cluster ini ditelan oleh bumi, akan jadi cerita di dalam koran, akan di-publish di mana-mana bahwa ada sebuah cluster yang hilang ditelan bumi. Tapi masyarakat-masyarakatnya tidak shalat, tidak ada yang cerita.

Ahibbati Fillah..

Musibah dalam agama itu musibah dunia dan akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa mengatakan:

وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا

“Ya Allah, jangan jadikan musibah kami dalam agama kami, Ya Allah.”

Antum tahu sebagian orang ketika datang ke Masjid, dia lihat sudah bubar shalat berjamaah di Masjid. Itu tangga-tetangganya takziah bela sungkawa ke rumahnya. Sampai sebagian dari Salafush Shalih mengatakan: “Aku ketika anakku meninggal dunia 1000 orang datang untuk bela sungkawa. Aku kehilangan shalat berjamaah di Masjid tidak ada yang peduli sama aku.”

Kenapa jama’ah? Yaitu karena kita memandang dunia ini segala-galanya. Wallahi dunia ini tidak lebih dari satu sayap nyamuk. Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّه جَنَاحَ بَعُوضَةٍ

“Andaikata dunia ini ada nilainya seperti salah satu sayap nyamuk itu,”

مَا سَقَى كَافِرًا مِنْها شَرْبَةَ مَاءٍ

“Orang kafir tidak akan dikasih seteguk air.”

Antum pandang dunia, Antum pandang mobil-mobil yang mewah, Antum pandang gedung-gedung yang tinggi? Antum lihat semua itu dan Antum pegang satu nyamuk. Antum lihat, ternyata nilai semua itu tidak lebih dari satu sayap nyamuk.

Tapi kita berjuang dari pagi sampai sore, malam hari kita bekerja lembur, tapi untuk akhirat kita jama’ah? Hari ini mungkin ada yang tidak membaca Al-Qur’anul Karim, belum selesai membaca Al-Kahfi, tapi buat dia juga itu bukan musibah.

Coba dia telat datang ke kantornya. Mungkin dia akan menyesal.

Ahibbati Fillah..

Allah mengatakan:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾

“Kalian lebih mementingkan kehidupan dunia.”

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ﴿١٧﴾

“Akhirat itu lebih baik, lebih abadi.”

Semua yang kita lihat akan kita tinggalkan, jama’ah.

Khutbah Kedua

Jama’ah Rahimakumullah,

Mungkinkah orang seperti kita masuk surga? Para sahabat Nabi ketika mereka sampai ke Kota Madinah, setelah hidup 13 tahun penuh perjuangan dan pengorbanan, rumah mereka mereka tinggalkan, keluarga mereka mereka tinggalkan di Kota Mekah. Mereka datang ke Kota Madinah untuk hijriah. Ternyata Allah masih menegur mereka di surah Al-Baqarah ayat 214, Allah mengatakan:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ

“Apakah kalian mengira kalian bisa masuk surga?”
Itu sahabat Nabi yang sebagian terbunuh mempertahankan agamanya. Allah katakan:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ

“Kalian mengira kalian bisa masuk surga?”

وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّـهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّـهِ قَرِيبٌ ﴿٢١٤﴾

Kalian mengira kalian bisa masuk surga?

Kita ini santai hidupnya, jama’ah. Perjuangan apa yang sudah kita lakukan? Darah mana yang sudah kita teteskan? Lihatlah itu para sahabat Nabi Allah tegur. Lalu kalian berharap masuk surga?

Ahibbati Fillah..

Kita ini mungkin tidak terbayang seperti apa surga yang Allah tawarkan. Kerudungnya bidadari surga kalau dibandingkan dengan dunia, maka itu lebih baik dari dunia dan isinya.
Orang bangga punya jam 5 milyar, bangga punya baju 1 miliar, punya tas miliaran, kerudungnya penghuni surga itu lebih baik dari dunia dan isinya.

Terus apa yang harus kita lakukan? Kata Allah “Sedangkan kalian belum ditimpa dengan musibah-musibah yang pernah menimpa orang-orang sebelum kalian.” Mereka ditimpa dengan berbagai balak, kemiskinan, kefakiran, penyakit, serangan musuh, dibantai, ditindas, digoyangkan bumi ini.

Wallahi, sebagian kita mungkin diuji dengan harta, paginya muslim sorenya kafir, sorenya muslim paginya kafir.

يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Dia jual agamanya untuk mendapatkan sedikit kenikmatan dunia.” (HR. Muslim)

Kita sedang berbincang tentang musibah dunia. Kalau Antum kehilangan semua harta Antum, asalkan tidak kehilangan iman, ada harapan Antum masuk surga.

Mereka para pengikut-pengikut Nabi sebelumnya pun diuji. Antum lihat bagaimana tukang sihir Firaun yang diuji imannya. Pagi hari datang kepada Firaun mendukung Firaun bahkan dia ingin menjadi orang-orang dekatnya Firaun. Sore harinya mereka dibantai dan disalib di pohon kurma dalam kondisi tangan dan kakinya diputus. Iman mereka paginya masih cinta dunia, sorenya sudah berharap masuk surga.

Mampukah kita kalau agama kita ditawar seperti itu?

Kisah Ashabul Ukhdud, bagaimana orang-orang dimasukkan ke dalam ukhdud (parit) yang penuh dengan api. Salah satunya seorang wanita dengan bayi dalam gendongan dia. Dia disuruh memilih antara beriman dengan sekutu-sekutu/berhala-berhala atau mati dalam kondisi beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla?

Sempat dia kasihan kepada anaknya. Allah turunkan bantuan sehingga anak itu bisa bicara mengatakan:

اصبرى يا أماه…

“Sabar bunda, adzab dunia ini lebih ringan daripada adzab akhirat.”

Maka tolong bersabar, berjuanglah terus, engkau akan terus disakiti. Kita tidak akan pernah beristirahat. Kapan istirahat? Ketika engkau meletakkan kakimu di surga.

Ahibbati fillah..

Hari ini hari Jumat. Hari Jumat ini afdhal, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih afdhal daripada idul fitri dan idul adha. Apa yang kita lakukan di hari Jumat? Berapa kali kita bershalawat buat Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam?

Sebagian tidak mengagungkan Jumatan, datang telat dan tidak merasa itu musibah buat dia. Kenapa? Karena ada masalah di hati dia. Agungkan hari Jumat. Di sore hari ada doa yang mustajab, perbanyak doa, perbanyak shalawat.

Baca Juga: Teks Khutbah Idul Adha yang Singkat Padat dan Jelas Tentang Ibadah Haji dan Kurban

Contoh khutbah yang ke 2 tema Bahaya Hasad bagi Peradaban Manusia

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ اَ لِحَ ا لِنَيْلِ الرِّضَا السَّعَادَةِ، الْوَاجِبَاتِ ادَتِهِ
اهُ لَا لَهَ لاَّ اللهُ لاَ ل . اللهم لِّ لِّمْ ارِكْ لَى ا لَى لِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، ا :
ا ادَ الله اُوْصِيْنِي اكُمْ اللهِ، ازَ الْمُتَّقُوْنَ. الَ اللهُ الَى ابِهِ الْكَرِيْم، اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. ا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ لَا تَمُوْتُنَّ لاَّ وَأَنْتُمْ لِمُوْنَ

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Pertama kali, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat iman dan Islam serta kesehatan sehingga kita dapat menghadiri sidang Jumat yang penuh berkah ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir zaman.

Mengawali khutbah Jumat kali ini, khatib mengingatkan kita semua, khususnya diri khatib sendiri, agar terus meningkatkan takwa kepada Allah Swt dengan sebenar-benar takwa. Yaitu, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjual segala larangan-Nya. Takwa adalah “jalan terang” ke hadirat-Nya, sehingga kita akan menemukan nilai-nilai kemuliaan dan kemuliaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, manusia dianugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu: ruh, akal, hati, dan nafs (syahwat dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa (soul). Dari komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Masing-masing unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda.

Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat dengan Allah. Akal bekerja untuk berfikir, mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati bekerja untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang berhubungan dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang menyenangkan dan menyenangkan (nafs al-ammarah).

Bagi yang mampu mengendalikan “jiwa tirani” (al-nafs al-ammarah) dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika seseorang dikendalikan oleh jiwa tirani dengan kesenangan-kesenangan dasar (prinsip kesenangan), maka ia akan menjadi pribadi yang pincang. Sebagai makhluk spiritual, manusia seharusnya mampu membersihkan hati dengan melakukan latihan-latihan untuk melawan keinginan rendah hati yang menyukai dosa dan kemaksiatan.

Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Di dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan sifat sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah menuturkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati tersebut selalu muncul dari zaman ke zaman.

Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-sifat tercela lainnya, yaitu: hasad (iri hati), riya (pamer), dan ujub (angkuh, sombong atau berbangga diri).

Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau dengki. Hasad adalah klaster problem jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri, lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa banyak perkelahian, percekcokan, dan peperangan fisik dengan saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan oleh munculnya sikap dengki.

Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar nyata. Al-Qur’an sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam Alquran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap Rasulullah Saw.

اَمْ النَّاسَ لٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ لِهٖۚ

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? (QS: an-Nisa: 54)

Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini:

اِياَّ وَالحَسَدَ اِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ ا اْ لُ النَّارُ الحَطَبَ

Artinya: ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu- semoga api memakan kayu-bakar.” (HR.Abu Dawud).

Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya: “Dan dari kejahatan orang dengki apabila dia dengki” (QS Al-Falaq: 5)

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Idul Adha: Bersabar dan Ikhtiar

Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun terdapat justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efeknya terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.

Secara psikologi, hasad memiliki dampak, diantaranya:

1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur nikmat).

2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tenang karena munculnya rasa tidak nyaman di atas kebahagiaan orang lain.

3. Munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan persaudaraan sesama.

4. Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari Nabi Saw, beliau bersabda:

دَبَّ إِلَيْكُمْ اءُ الْأُمَمِ لَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ وَالْبَغْضَاءُ الْحَالِقَةُ ، الِقَةُ الدِّيْنِ ال ال ال ال ابُّوْا، لاَ ا لْتُمُوْهُ ابَبْتُمْ؟ ا السَّلاَمَ

Penyakit umat-umat sebelum kalian menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak percaya dengan kalian saling mencintai. Maukah kalian menyukai sesuatu jika kalian bekerja maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Tirmizi)

Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain. Hasad adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah cabang dari syukh, yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumulloh

Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki oleh orang lain dan menyukai keinginan tersebut untuk memilih dirinya sendiri. Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat yang diberikan Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dianggap lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat daripada orang lain.

Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha' dan qadar Allah, sebagaimana dikutip dari Ibnul Qayyim ra: “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga senang dengan nikmat nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya qadha' dan qadar Allah”. (Al-Fawa'id, hal. 157).

Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa membenci, sehingga ia sulit untuk berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada saat yang sama ia pun akan sulit menerima orang itu.

Orang yang hasad akan sangat lelah. Karena ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah Allah anugerahkan. Pikiran dan Hati Menjadi Tumpul karena selalu khawatir dan cemburu atas kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendoronya untuk melakukan apapun dengan menikmati kesenangan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah, bahkan membunuhnya. Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian.

Dikisahkan, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu hari seseorang datang ke istananya dan menasehati Raja, “Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang melakukan dengki pada Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya.” Maksud orang itu, semoga kita membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun jangan membalas orang yang berbuat dengki lagi. Cukup kita biarkan saja.

Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasihat pergi, ia menghadap raja dan berkata, “Tadi orang itu berbicara kepada saya, bahwa mulut Baginda bau. Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu besok hari. Jika ia menutup mulut, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.” Raja ingin dan meminjamkan untuk memberi pemberi nasihat besok hari.

Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menyapanya terlebih dahulu dan mengundangnya untuk makan bersama. Si pendengki memberi banyak bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat bau. keesokan harinya ia dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata, “Kemarilah engkau mendekat.” Orang yang telah memakan banyak bawang itu mendekati Raja dan menutup mulutnya sendiri karena aroma mulut akan mengganggu sang Raja.

Melihat itu menutup mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini bermaksud untuk menghina dirinya. Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu. “Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja, “Niscaya ia akan memberimu hadiah.”

Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini adalah surat utuk pemberian hadiah. Raja sangat penting, karena itu ia menulis dalam surat itu, “Hai menteriku, jika bertemu dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala orang ini ke hadapanku.”

Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si pendengki. “Apa yang dilakukan baginda??” Pendengki ingin tahu. “Raja menjanjikanku hadiah dari salah seorang menterinya,” ujar si pemberi nasihat seraya membaca surat dari Raja. “Kalau begitu biar aku yang membawanya,” kata si pendengki. Akhirnya, orang yang pendengki itulah yang celaka dan mendapat hukuman mati.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul musuh orang-orang percaya, dan salah satu obat yang dapat menetralisirnya adalah memperbanyak syukur atas nikmat yang kita peroleh, sekecil apapun, untuk menjaga keseimbangan hidup. Allah telah berjanji bahwa semakin banyak kita bersyukur kepada-Nya, justru Allah akan menambah kenikmatan yang tak terbatas.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ لَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ ابِيْ لَشَدِيْدٌDan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Aku akan menambah (nikmat), tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS: Ibrahim: 7)

Khutbah Kedua

ارَكَ اللهُ لِى لَكُمْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، اكُمْ ا الْآياَتِ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ
الحمد للهِ لىَ انِهِ الشُّكْرُ لَهُ لىَ اِمْتِنَانِهِ. لاَ اِلَهَ لاَّ اللهُ اللهُ لاَ لَهُ ا ا لُهُ الدَّاعِى لىَ انِهِ. اللهُمَّ لِّ لَى ا لَى اَلِهِ ابِهِ لِّمْ لِيْمًا ا. ا :

فَياَ اَيُّهَا ​​النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا ​​الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ لآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ ارْضَ اللّهُمَّ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ ان لِىّ الابَةِ التَّابِعِيْنَ ابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ ا اِلَى ال ا ا ا

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. semuanya

ا اَ الدُّنْيَا اْلآخِرَةِ ا ابَ النَّارِ. ا لَمْنَا اَنْفُسَنَا لَمْ لَنَا ا لَنَكُوْنَنَّ الخَاسِرِيْنَ

ادَاللهِ ! اللهَ اْلعَدْلِ اْلإِحْسَانِ اْلقُرْبىَ الفَحْشآءِ اْلمُنْكَرِ اْلبَغْي لَعَلَّكُمْ اذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ اشْكُرُوْهُ لىَ لَذِكْرُ

Itulah, 2 contoh khutbah Jumat, singkat padat dan bermakna.***

Editor: Nahrudin

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x