Ayat ini menunjukkan bahwa siapa pun yang meninggal dunia sementara ia belum sempat mengucap dua kalimat syahadat, tidak mempunyai keimanan walau seberat biji dzarrah, tidak akan masuk surga, meskipun mereka pernah mendonasikan emas sepenuh bumi saat masih hidup dunia.
Tentu saja tidak ada orang sekaya itu.
Maka ayat ini sebenarnya adalah sebuah metafora tentang keagungan kalimat tauhid, kalimat keimanan, jika dibandingkan dengan dunia.
Kebalikan dari kondisi di atas, meskipun seorang mukmin bersedekah hanya dengan sebiji kurma, karena keikhlasan dan keimanannya, sedekah yang sedikit itu bisa membebaskannya dari siksa api neraka.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Jauhilah neraka walaupun dengan bersedekah sebelah butir kurma, maka siapa saja yang tidak mendapatkannya, maka hendaklah (bersedekah) dengan kata-kata yang baik’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dengan nikmat iman yang ada di dalam hati, kita akan mudah melakukan banyak amal saleh. Seperti shalat, shaum, zakat, infaq, shadaqah, dan berjihad di jalan Allah. Semua anggota tubuh bisa bergerak atas dasar keimanan.