Ketika Inbu Abbas Menangis Saat Menghayati Makna dari Surah Al A'raf

- 20 Oktober 2020, 12:12 WIB
Ilustrasi Berdoa
Ilustrasi Berdoa /PIXABAY/Konevi

MANTRA SUKABUMI – Dikisahkan bahwa pernah suatu ketika, sahabat Ibnu Abbas dibuat menangis oleh sebuah surat yang diketahui yaitu surat Al A’raf.

Abdullah bin Abbas adalah sepupu Rasulullah sekaligus juga sebagai sahabat Nabi Muhammad. Nama Ibn Abbas juga digunakan untuk membedakannya dari Abdullah lainnya.

Adapun surah Al-A'raf berdasarkan urutan penyusunannya merupakan surah ke-7 dan menurut wahyu merupakan surah ke-39. Surah ini disebut A'raf karena berkisah tentang peristiwa Ashab A'raf.

Baca Juga: Dibalik Kesuksesannya, Ternyata Prabowo Subianto Terinspirasi dari Sang Adik, Berikut Faktanya

Baca Juga: LINK E-Form BPUM BRI untuk UKM Lengkap Dengan Cara dan Syaratnya

Lalu apa sebenarnya hubungan antara surat tersebut sampai membuat sahabat yang mulia Ibnu Abbas menangis?

Dikutip mantrasukabumi.com dari islampos.com, 20 Oktober 2020, bahwa Ikrimah berkata, “Pada suatu hari, aku datang kepada Ibnu Abbas dan ia sedang menangis”.

“Akulihat ada Mushaf di pangkuannya, maka aku ragu mendekatinya. Aku berada dalam keraguan yang cukup lama, sampai akhirnya aku maju dan duduk disampingnya”.

Saya bertanya, “Mengapa kamu menangis, wahai Ibn Abbas, bukankah Allah menjadikan saya teman setia anda?”.

Ibn Abbas berkata, “Makalah ini (dia membaca surat Al-A'raf). Tahukah kamu Ailah (bukit antara Mekah dan Madinah)?”.

Aku menjawab, “Ya”, dia berkata lagi, “Dulu di tempat itu ada sebuah kampung Yahudi yang sudah dijelaskan kepada mereka tentang ikan di hari Sabtu”.

“Kemudian setan membisikkan kepada mereka bahwa yang dilarang adalah memakan ikan pada hari Sabtu. Sedang mengambilnya tidka dilarang. Maka ambilah pada hari itu dan makanlah pada hari yang lain. Ucapan setan itu disampaikan kepada sekelompok dari mereka”.

Jadi kelompok yang lain (mereka yang suka mengundang kebaikan dan melarang kejahatan) berkata, “Sebenarnya kamu dilarang makan, mengambil dan menangkapnya pada hari Sabat”.

Kemudian mereka sepakat dengan larangan itu. Ketika datang hari Jumat selanjutnya, sekelompok mereka memakan ikan Bersama anak-anaknya dan istri-istrinya. Maka, kelompok kanan (para da’i) memisahkan diri dari kelompok kiri.

Baca Juga: Jalan 'Presiden Joko Widodo' di Abu Dhabi Diresmikan Pemerintah UEA

Baca Juga: Arkeolog Peru Temukan Sosok Kucing Berusia 2.000 Tahun Saat Tingkatkan Akses UNESCO

Kelompok kanan berkata kepada kelompok kiri, “Celakalah kamu, kami telah melarang kamu untuk mendekati hukuman Allah!”.

Kelompok di sebelah kiri menjawab, "Dan (ingat) ketika orang di antara mereka berkata, mengapa anda menasihati orang-orang bahwa Allah akan menghancurkan mereka atau menghukum mereka dengan hukuman berat?" (Qs Al-A'raf: 164)

Kelompok kanan berkata, “Agar kami punya alasan (lepas tanggung jawab) di hadapan Tuhan kalian dan agar mereka bertakwa”. (Qs Al-A‘raf: 164)

Begitulah mereka akhirnya terlena dengan dosa yang mereka perbuat. Pada suatu hari orang-orang menggedor pintu rumah mereka dan berteriak memanggilnya. Tapi, tidak ada jawaban dari dalam.

Kemudian, mereka menurunkan tangga dan salah satu dari mereka memanjat tembok untuk melihat penghuni rumah.

Ketika dia mencapai atap dan melihat mereka (orang-orang yang bahagia dengan dosa-dosa mereka), dia berkata, “Wahai hamba Allah, mereka telah berubah menjadi seikat taring”.

Ibn Abbas kemudian melafalkan, “Jadi ketika mereka lupa apa yang diperingatkan, Kami menyelamatkan orang-orang yang melarang perbuatan jahat dan Kami memberikan hukuman yang berat kepada orang-orang yang melakukan kesalahan, karena mereka selalu melakukan kejahatan”. (Qs. Al-A'raf: 165).

Ibn Abbas berkata, “Saya melihat mereka yang melarang kejahatan, selamat dari bencana. Sedangkan yang lainnya tenggelam. Dan kita sering melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nurani kita, tetapi kita tidak pernah mengambil inisiatif untuk mengubahnya”.**

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x