6 Kitab Maulid Yang Populer Dibaca di Indonesia Saat Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

- 29 Oktober 2020, 20:37 WIB
Ilustrasi Masjid/ Maulid Nabi
Ilustrasi Masjid/ Maulid Nabi /mantrasukabumi.com/Andi Syahidan

Sebagaimana sering kita temukan dalam kitab maulid Ad-Dibai, setelahnya pasti dicantumkan juga maulid Ad-Dibai dan maulid Syaroful Anam. Intinya, kitab ini begitu mashur dan sering digunakan dalam pembacaan maulid di Nusantara.

Baca Juga: Mengkhawatirkan, WNI di Luar Negeri Terinfeksi Covid-19 Sebanyak 1.685 Orang dan Meninggal 152 Orang

  1. Maulid Diba’

Sebagaimana yang telah disebutkan, kitab ini sering dicetak dan dibukukan bersamaan dengan dua kitab maulid di atas, Syaroful Anam dan Al-Barjanzi. Pengarangnya adalah Imam Wajihuddin Abdu Ar-Rahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Dibai (866H-944H), beliau berasal Zabid, salah satu kota di Yaman.

Selain ulama yang produktif mengarang kitab, beliau juga dikenal sebagai ahli hadits, bahkan mencapai derajat Al-Hafiz, yaitu hafal 100.000 hadits dengan sanadnya.

  1. Simthud Duror

Kitab ini dikarang oleh al-Imam al-Arifbillah al-Qutb al-Habib ‘Ali Bin Muhammad Bin Husein Al-Habsyi, beliau adalah kakek dari Habib Anis bin Alwi Al-Habsi Solo. Beliau menulis kitab ini, dengan mendiktekannya kepada muridnya. Dimulai dari tanggal 26 Shafar 1327H hingga awal bulan Rabiul Awal di tahun yang sama.

Bukankah hal ini sangat menakjubkan? Beliau dapat menyelesaikan kitabnya hanya dalam beberapa hari saja. Hal tersebeut tidak lepas dari pertolongan Allah Swt dan derajat beliau di sisiNya. Sejak kecil, perangai dan budi pekertinya sangat terpuji, bahkan beliau sangat patuh terhadap ibunya.

Ketika sang ibu mengatakan bahwa ia tidak akan menganggap Ali kecil sebagai anaknya jika belum bertemu dengan Rasulullah Saw secara yaqdzoh (dalam keadaan sadar).

Awalnya beliau hanya dapat bertemu dengan Nabi dalam mimpi, namun karena kesungguhannya sekaligus rasa bakti kepada ibunya, beliau pun dapat bertemu dengan Rasulullah Saw.

  1. Qasidah Burdah

Qasidah ini sangatlah terkenal di kalangan warga muslim Indonesia. Ia dikarang oleh Imam Al-Bushiri (610-695H) dan terdiri dari 160 bait syair.

Latar belakang pengkarangan kitab ini adalah rasa empati beliau terhadap kemerosotan ahlak manusia pada masa itu, yaitu pada masa dinasti Ayyubiah. Beliau mengajak manusia untuk mengikuti ahlak Rasulullah Saw dengan mengarang Qasidah ini.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x