Perbedaan Pola Asuh Ayah dan Ibu, dr Aisyah Dahlan: Apakah Wajar atau Tidak?

13 November 2021, 09:15 WIB
Perbedaan Pola Asuh Ayah dan Ibu, dr Aisyah Dahlan: Apakah Wajar atau Tidak?./ /PEXELS/Monstera

MANTRA SUKABUMI- dr Aisyah Dahlan memberikan kajian tentang perbedaan pola asuh antara ayah dan ibu dalam mendidik anak.

Karena persepsi sebagai orang tua untuk menyamakan pola asuh berbeda antara suami dan istri. Hal tersebut berdasarkan paparan dr Aisyah Dahlan atas didikan orang tua yang menilai wajar ataukah tidak.

Karena dalam penelitian dr Aisyah Dahlan mengungkapkan bahwa ayah mendidik anak berbeda dengan ibu.

Baca Juga: Jangan Terlalu Keras pada Anak, Gus Baha Ungkap Bahayanya hingga Buat Psikis Anak Terganggu

Ibu mendidik anak penuh kasih sayang, sementara ayah menganggap pola didikan ibu bisa dibilang terlalu memanjakan anak.

Hal ini berdasarkan pertanyaan dari
kajian dr Aisyah Dahlan adakah perbedaan pola asuh gaya ibu dan pola asuh gaya ayah
dapat dibilang wajar ataukah tidak.

Seperti dilihat mantrasukabumi.com dari kanal YouTube ALID TV pada Sabtu 13 November 2021.

Pola asuh yang diberikan Ibu dan Ayah, menurut dr Aisyah Dahlan haruslah berbeda tidak boleh sama.

Karena Ibu adalah person of love and sensority orang yang penuh cinta dan ketulusan.

Sementara Ayah adalah orang yang mempunyai visi-misi, ketegasan dan mempunyai target haruslah dari ayah.

"Ibu adalah pembasuh luka, ayah adalah orang yang tega. itu harus gitu,"

Supaya anak mendapatkan dua gaya belajar dari ayah dan ibu hal tersebut dapat mempengaruhi anak berkarakter kuat ketika nanti di luar rumah.

Namun tidak harus ibu saja yang memiliki pola asuh lembut, sebagai ayah pun harus mempunyai bahasa kasih lembut.

Perbedaan jika anak diasuh dengan cara lembut dan tegas dari orang tuanya akan mempengaruhi masa tumbuh ketika ia berada diluar rumah.

Seperti melihat seseorang yang berkarakter killer atau galak anak akan takut bertemu orang tersebut.

Bedakan dengan anak yang diasuh pola ketegasan dan keberanian oleh orang tua. Mereka tidak akan mudah takut bertemu orang baru.

Karena anak akan menjadi seseorang yang bisa saja lembut, di sisi lain juga bisa pedas, untuk itu karakter anak tersebut dapat didapat dari ibu dan ayahnya. Asalkan pola asuh dari orang tuanya tidak berperilaku kasar.

Saran dari dr Aisyah Dahlan kepada orang tua dengan tidak memberikan perilaku yang berbahaya.

"Yang penting tidak mukul, jadi kalau Ayahnya tegas enggak mukul, kalau udah mukul itu bahaya," ucapnya.

Anak harus mendapatkan pola asuh dari orang tua berdasarkan dua sisi yang berbeda dari Ayah dan Ibunya.

Sebagai orang tua Ayah dan Ibu haruslah disepakati untuk tidak bertindak memukul itu kesepakatan. Karena orang tua melihat tingkah anak yang "nakal" tentunya orang tua akan merasa kesal.

Baca Juga: Begini Spesifikasi Xiaomi 11T, HP Canggih yang Dijuluki Flagship Killer RAM Jumbo Beserta Harga Terbarunya

Sementara itu sebagai anak haruslah faham terhadap berbagai jenis pola asuh kedua orang tuanya.

Apabila anak bertemu seseorang yang bisa dibilang orang tersebut kasar galak dalam berbicara, mereka (anak) sudah biasa.

Kita sebagai orangtua harus menjadi orang tua yang cerdas yang mengerti bagaimana konsep dan pola asuh yang paling sesuai untuk perkembangan dan pengasuhan anak.

Kemudian orang tua hadir memberikan pengasuhan dan pendidikan secara langsung serta mengerti dengan kondisi demikian anaknya.

Dan yang paling penting sebagai orang tua harus jeli pada anak-anak kita, kemudian orang tua harus memberikan sentuhan fisik seperti meluangkan waktu dengan anak, dan tentu dapat menghindari memaksa anak.

Adapun dalam mendidik anak menurut dr Aisyah Dahlan dapat dilakukan minimal seminggu tiga kali denga mendampinginya.

Dalam mendidik pun orang tua yang penting tahu terlebih dahulu bahasa kasih mereka dengan baterai pertamanya apa.

Maksud baterai disini dengan perkataan kata-kata pendukung, dengan memuji anak yang baik-baik supaya memberikan kata pujiam yang menyemangati.

"Wah keren nak bagus banget nak,"Nah itu kata-kata pendukung. Kalau dia baterainya waktu yang berkualitas," ucapnya.

"Biasanya anak-anak itu, seneng banget dengan janjian untuk telepon yang berkualitas tadi waktu yang berkualitas,"

"Kemudian kalau pelayanan, pelayanan itu biasanya sigap. Apapun itu sudah termasuk pelayanan,"

Seperti halnya memita hadiah, itu sudah termasuk pelayanan. Meminta itu bukan karena hadiah tapi melayani.

Sementara pola asuh yang dirasa sulit sebagai orang tua adalah sentuhan fisik. Karena di zaman sekarang kita dituntut untuk sosial distancing.

Semakin ada jarak untuk tidak bisa saling bersentuhan dengan anak yang memang sudah ada di Boarding School atau pesantren.***

Editor: Dea Pitriyani

Tags

Terkini

Terpopuler