Jagalah Hati dari Sikap Dengki, Kenali Awal Munculnya Sikap Dengki Agar tidak Membakar Amal Baik

24 Agustus 2020, 09:26 WIB
Ilustrasi patah hati. /Pixabay

MANTRA SUKABUMI – Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak hal yang terjadi diluar kehendak hati.

Jagalah hati kita jangan sampai terjerumus ke dalam sikap dengki atau hasud, karena sikap dengki atau hasud dapat menghancurkan amal baik yang sudah kita raih.

Mengharap sesuatu yang besar dari yang ia upayakan, tapi dapatnya yang kecil, yang besarnya malah didapat oleh orang lain.

Baca Juga: Masya Allah, Orangnya Biasa Tapi Rasulullah Bilang Penghuni Surga, Ternyata Ini Amalannya

Baca Juga: Terus Merosot, Update Harga Emas Antam dan Batik Terbaru Hari Ini Senin 24 Agustus 2020

Ingin rasanya apa yang didapat oleh orang lain itu kita juga dapat, atau bila perlu hanya kita saja yang dapatnya, bukan orang lain.

Nyatanya, sikap tercela seperti hasud atau dengki, dan iri hati, terjadi terhadap orang dekat dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, terhadap kawan sekampung, sekantor, malah terhadap kawan main sendiri. Atau terhadap sesama pejabat, sesama orang pandai, sesama orang kaya, sesama orang populer, dan sejenisnya.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang penyakit hati ini, berikut ini penjelasan yang penulis kutip dari kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Imam Ghazali.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ternyata 4 Bahan Alami ini dapat mencerahkan Bibir Hitam

Baca Juga: Sering Kesiangan Bangun Subuh, Coba 5 Tips ini Agar Shalat Subuh Tidak Kesiangan

1. Tercelanya Sikap Hasud (Dengki)

Sikap hasud adalah buah dari sikap dendam, sedangkan dendam adalah buah dari kemarahan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sikap hasud dapat menghancurkan kebaikan seperti api membakar kayu bakar.” (HR. Ibnu Majah, as-Sunan: 4210).

Hakikat orang hasud adalah orang yang tidak menyukai (membenci) nikmat Allah SWT yang dikaruniakan kepada saudaranya sehingga ia merasa senang jika nikmat tersebut hilang darinya.

Jika ia tidak membenci nikmat yang diperoleh saudaranya dan tidak berusaha untuk menghilangkannya, namun ia menginginkan nikmat yang serupa pada dirinya, maka itu disebut ghibthah (iri hati).

Rasulullah SAW bersabda, “Orang Mukmin bersikap ghibthah, sedangkan orang munafik bersikap hasud.” (al-Qari, al-Asrar al-Marfu’ah: 367).

Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.” (QS. An-Nisa’: 32). Maksudnya adalah seseorang dilarang mengharapkan berpindahnya nikmat orang lain kepada dirinya.

Sedangkan jika ia berharap Allah SWT menganugrahkan nikmat serupa kepada dirinya, maka itu bukan tercela. Bahkan jika dalam urusan agama sikap itu justru terpuji.

Baca Juga: Sikap Bijak Tanda Kesempurnaan Akal, Sikap Ramah Buah dari Akhlak Mulia

2. Awal Sikap Hasud dan Cara Mengatasinya

Ketahulah bahwa munculnya sikap hasud dikarenakan banyak sebab, di antaranya: permusuhan, congkak, sombong, ‘ujub, khawatir hilangnya sesuatu yang sangat dicintai, cinta kekuasaan, jiwa yang buruk dan kikir.

Semua ini adalah sikap tercela.

Terapinya adalah dengan menyadari bahwa sikap hasud membahayakanmu di dunia dan akhirat.

Bentuk bahaya di dunia adalah engkau akan merasa sakit hati dan perasaan ini akan senantiasa menyertaimu siang maupun malam. Adapun bentuk bahaya di akhirat adalah engkau akan marah karena nikmat Allah SWT sehingga justru orang yang dihasudi mendapat pahala dan mendapat dosa.

Jika kamu sudah menyadari hal ini, maka jangan biarkan dirimu menjadi teman bagi musuhmu sendiri, berusahalah untuk mencampakkan sikap hasud dari hatimu.

Diriwayatkan dari al-Hasan secara muaquf dan marfu’ kepada Nabi SAW, beliau bersabda, “Ada tiga hal yang terjadi pada seorang Mukmin, dan mengandung jalan keluar dari sikap hasud adalah dengan tidak mengharapkan.”

Wallahu a’lam. **

Editor: Abdullah Mu'min

Tags

Terkini

Terpopuler