Jadi Brand Ambasador Eiger Adventure, Khansa Syahla Pendaki Perempuan Termuda di Indonesia Puncaki 83 Gunung

29 Agustus 2023, 21:20 WIB
Khanza Syahla, gadis berusia 17 tahun brand ambasador Eiger Adventure perempuan termuda di Indonesia yang duah mendaki 83 gunung di dunia. /*/Aditya/PRMN

MANTRA SUKABUMI - Khansa Syahla Aliyah, perempuan berusia 17 tahun yang sudah puncaki 83 gunung di dunia menjadi inspirasi bagi kaula muda pecinta alam.

Gadis yang masih duduk di bangku SMA itu tidak hanya berpengalaman dalam mendaki gunung, namun Khansa Syahla memiliki segudang prestasi dalam bidang akademik dan non akademik.

Khansa Syahla tertarik dengan mendaki gunung sejak usia dini, tepatnya saat berusia lima tahun untuk pertama kalinya ia mendaki Gunung Bromo bersama orang tuanya.

Baca Juga: Manfaatkan Bahan Ramah Lingkungan, Inovasi Luar Biasa Produk Eiger Seiring Perkembangan Zaman

Di usianya yang terbilang masih muda, Khansa Syahla sudah menaklukkan enam dari tujuh jalur pendakian gunung terpanjang di Indonesia atau bisa disebut The 7 Longest Indonesia.

Lantas, apa motivasi gadis kelahiran Jakarta, 16 Maret 2006 itu bisa menjadi salah satu pendaki perempuan termuda di Indonesia yang memiliki segudang prestasi?

Kisah inspiratif dan berbagi tips dalam mendaki gunung terutama bagi pemula dibagikan Khansa Syahla saat hadir di acara Journalist Camp PRMN x Eiger 2023 pada 24-25 Agustus 2023 di Sari Ater Campervan Park, Subang, Jawa Barat dalam sesi #NgobrolDiPR.

Mendaki gunung hingga saat ini masih jadi trend yang diminati, tidak hanya dari kalangan muda, bahkan dewasa hingga orang tua pun menyukai kegiatan ini.

Namun, tidak sedikit juga ada yang belum pernah mendaki namun memiliki keinginan untuk pergi ke gunung atau bisa dikatan sebagai pendaki pemula.

Baca Juga: Pasca Pandemi, Kebiasaan Masyakat Cenderung Berubah, Deni Yudiawan: Berikan Fakta dan Data

Bagi pendaki pemula, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum pergi mendaki gunung, seperti halnya tips yang dibagikan Khansa Syahla. Apa saja itu?

Khanza Syahla Aliyah saat mengisi acara talkshow Ngobrol di PR dalam kegiatan Journalist Camp PRMN x Eiger 2023 di Sari Ater Campervan Park, Subang, Jawa Barat. */dok. PRMN

Mendapat izin orang tua

Mendaki gunung itu kegiatan yang memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, terlebih bagi anak muda yang membutuhkan izin orang tua saat akan mendaki.

Khansa menuturkan, bahwa izin orang tua sangat penting bagi pendaki pemula yang ingin mendaki gunung.

"Alhamdulillah, karena bunda dan ayah aku suka alam, suka naik gunung, jadi izin tuh greenpeace," ujarnya.

Menentukan Goals

Setiap individu terlebih pendaki pemula pasti memiliki motivasi tersendiri untuk mendaki gunung. Maka, tujuan atau goals dari kegiatan itu dapat bervariasi.

"Karena kita belum pernah naik gunung sama sekali, kita harus tentuin goals-nya. Kita gak bisa tiba-tiba naik gunung yang tinggi banget, yang jalurnya sulit. Aku kalo mau naik gunung latihannya dengan naik gunung juga," papar Khansa.

Baca Juga: Liputan di Alam Bebas, Pahami Empat Hal Dasar tentang Fundamental Skills Ini

Memahami Ilmu Bertahan Hidup di Alam Bebas

Mempelajari ilmu pengetahuan dan ketrampilan bertahan hidup di alam bebas sangat penting bagi pemula yang akan naik gunung.

"Ilmu dasar-dasar aja dulu, kaya ilmu navigasi darat, survival, karena itu penting banget. Kalo aku belajar dari lapangan dan dari yang ayah ajarkan dari aku kecil," ungkapnya.

Pelajari Literatur Gunung

Sebelum menjelajahi gunung, mempelajari literatur gunung yang akan didaki itu tak kalah pentingnya, apalagi bagi pendaki pemula.

"Misalnya kita akan naik gunung Merbabu, kita harus tahu ketinggiannya berapa, naik jalur apa, ada berapa pos, sumber mata air ada di mana saja. Jadi saat di lapangan, kita sudah tahu dan siap akan situasi di sana," tutur Khansa.

Peraih Piagam MURI pendaki perempuan termuda Indonesia yang mencapai puncak gunung Kilimanjaro, Afrika itu pun bercerita pengalamannya saat kecil, ia riset saat mau naik gunung selalu ditugaskan ayahnya mempresentasikan tentang gunung yang akan didaki.

Latihan Fisik

Kemampuan fisik sangat penting ketika melakukan kegiatan di alam terbuka, seperti mendaki gunung. Maka sebelum mendaki gunung, latihan fisik terlebih dahulu.

"Aku suka lari banget, jadi latihan fisik aku lari. Satu minggu itu kalo lagi sempet bisa tiga kali latihan lari. Kalo di hari-hari biasa itu bisa 5 kilometer saja," kata Khansa.

Menurut Khansa, dengan latihan fisik bisa melatih mental juga, karena jika fisik sudah terlatih artinya sudah siap untuk pendakian.

Baca Juga: Miliki View Gunung Salak yang Eksotis, Ini 3 Tempat Camping Ground di Sukabumi, Cek Lokasinya di Sini

Journalist Camp PRMN x EIGER 2023 di Sari Ater Campervan Park, Subang, Jabar. */Aditya/PRMN

Perlengkapan yang Memadai

Sebelum mendaki, baik saat latihan atau pun saat mendaki, pastikan juga perlengkapan yang digunakan dan dibawa harus memadai dan disesuaikan dengan kondisi keadaan di gunung.

"Latihan fisik itu pasti butuh dibekali perlengkapan yang memadai, pastinya Eiger sudah melengkapi perlengkapan yang memadai dan terbaik," katanya.

Keperluan Logistik

Berkegiatan di alam terbuka, logistik harus diperhatikan, apalgi jika melakukan perjalanan panjang hingga berhari-hari.

"Biasanya kalo perjalanan yang panjang hingga 12 hari, aku bikin logistis cadangan, bikin menu-menu yang seru-seru. Jadi perhari itu aku udah bikin per pack untuk pagi, siang dan malam minum dan snack. Bagi masih pemula, bisa bawa yang praktis-praktis kaya sarden, mie instan," paparnya.

ROP atau Rancangan Operasi Pendakian

Sebetulnya, ROP ini dibuatkan sejak awal saat kita mempelajari literatu gunung yang akan didaki. Karena, keberhasilan dan keselamatan pendakian tergantung ROP itu.

"Kita bikin per dokumen, mau naik gunung apa, timnya siapa aja, urusan simaksinya gimana, dokumen-dokumen apa aja yang dibutuhkan, biaya tak terduganya berapa, hal-hal itu pentig banget, termasuk nomor emergency," ungkapnya.

Menurut Khansa, naik gunung itu harus ditemani oleh orang yang berpengalaman, terlebih pendaki pemula yang baru pertama kali naik gunung.

"Gunung itu mengandung bahaya, dan manusia itu mengundang bahaya. Jadi semua itu harus kita antisipasi bahay itu datang kepada kita, salah satunya mendaki dengan orang yang berpengalaman," ujarnya.

Baca Juga: Tempat Camping di Sukabumi 2023 Rekomended, Destinasi Wisata Alam yang Asri dan Sejuk di Kawasan TNGGP

Jangan Tinggalkan Ibadah

Meski sedang berada di alam terbuka, di atas gunung, ibadah jangan pernah ditinggalkan, karena itu wajib dan perlu perlindungan dari sang pencipta.

"Kalo aku, bakal selalu ada jalan dan cara untuk ibadah, kalo gak ada air bisa tayamum, kalo hujan, angin gede banget bisa di dalam tenda, gak bisa berdiri bisa sambil duduk," tuturnya.

Gunung sering kali dikaitkan dengan hal-hal mistis, terutama gunung di Indonesia. Pengalaman Khansa selama mendaki gunung tidak pernah mengalami hal seperti itu.

"Alhamdulillah dari naik gunung pertama hingga yang terakhir, belum pernah sekalipun mengalami hal mistis. Karena, aku naik gunung itu datang dengan niat yang baik, pikiran positif," tegas Khansa.

Khansa berpesan bagi yang akan naik gunung terutama pendaki pemula, naik gunung itu harus bisa saling menjaga, baik dengan sesama manusia maupun dengan alam.

Jika masih suka buang sampah sembarangan, tak usah naik gunung. Buat apa naik gunung jika masih buang sampah sembarangan, melakukan vandalisme dan hal lain yang merusak alam.

"Kita harus jaga alam, nanti alam pun akan menjaga kita," tutur Khansa.

Hakikat mendaki itu kembali ke rumah dengan selamat. Maka, tips-tips yang disampaikan Khansa Syahla Aliyah bisa diaplikasi bagi pendaki pemula. ***

Editor: Encep Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler