Jangan Labeli Anak dengan Kata Kamu Bodoh, dr Aisyah Dahlan Ungkap Sesuatu yang Bakal Terjadi

- 21 Oktober 2021, 16:00 WIB
Tangkap layar pada saat dr Aisyah Dahlan menjelaskan mengenai teknik menegur dan menyuruh anak.
Tangkap layar pada saat dr Aisyah Dahlan menjelaskan mengenai teknik menegur dan menyuruh anak. /Youtube/RTQ TV

MANTRA SUKABUMI - dr Aisyah Dahlan dalam kajian parentingnya, menjelaskan kepada para orang tua untuk berhati-hati dalam berucap.

Kata dr Aisyah Dahlan orang tua khususnya ibu tanpa disadari sering berkata yang tidak baik kepada anaknya.

Meskipun kata yang keluar dari bibirnya dirasa oleh orang tua itu hal yang biasa bahkan bisa dibilang wajar memarahinya.

Baca Juga: Tips Atasi Sifat Pelupa Berat dari dr Aisyah Dahlan, Lengkap Faktor-faktor Penyebabnya

Namun menurut dr Aisyah Dahlan dengan berkata kepada anak bahkan sampai melabeli anak dengan 'kata bodoh' dapat menyebabkan sesuatu yang dapat terjadi mental anak.

Karena dengan hal itu dr Aisyah Dahlan mengungkapkan untuk berhati-hati orang tua mengucapkan sesuatu kepada anak.

Seperti dilihat mantrasukabumi.com dari video kanal YouTube Rumil Al- hilya pada Kamis, 21 Oktober 2021.

"Banyak saya lihat orang tua menegur anak, tetapi anaknya bingung. Apa salahku bunda?," ucapnya.

"Itu terjadi sebenarnya karena kita belum memberi peraturan. Misalnya menegur anak buang sampah sembarangan. Kalau kita tidak pernah kasih tau jangan buang sampah sembarangan bingung dia," ungkap dr Aisyah Dahlan.

Dunia anak memang selalu menarik untuk dibahas, seperti dalam kajiannya dr Aisyah Dahlan menjelaskan yang berkaitan dengan seni menegur dan memuji anak.

Jadi intinya harus terlebih dahulu kita beri peraturan, jika belum kita kasih tau maka anak akan bingung.

"Makanya kalau kita mau menegur kita orangtua harus mengingat dulu pernah kasih tau ngak yah," paparnya.

dr Aisah menjelaskan kita juga tidak boleh membuat label kepada anak.

"Misalnya kamu bodoh, kamu bandel, kamu nakal, kamu jorok, kamu pencuri, kamu penakut ini namanya membuat label, labelnya negatif. itu di otaknya anak langsung tertanam itu sangat berbahaya, kalau ibunya bilang anak langsung merekam, karena ibu melahirkan," jelas dr Aisyah.

Seorang anak selalu berharap siapapun yang mengatai dia tapi berharap ibunya membela dia. Tetapi kalau ibu yang berbicara, hancur dia tidak lagi ada pegangan lagi.

Ingat akhlak anak sama dengan akhlak seorang ibu.

Baca Juga: Benarkah Sujud Bisa Atasi Sakit Kepala? Simak Penjelasan dr Aisyah Dahlan

Terus bagaimana kalau sudah terlanjur, orangtua jangan meratapi dan merasa bersalah, itu harus diganti dengan rasa kurang.

Karena kalau rasa bersalah akan berbahaya, buat kita sakit dan paling parah lama-lama menyalahkan Allah. Tetapi kalau rasa kurang itu bisa diisi.

Dikatakan dr Aisyah Dahlan di zaman milenial sekarang ini memang berbeda di zaman dulu yang banyak mengadopsi gaya kolonial.

Sehingga wajar banyak keliru dalam pola asuh anak.

"Jangan segan-segan orangtua untuk meminta maaf kepada sang anak apabila orangtua melakukan kesalahan," ucapnya

Hal itu akan direkam oleh anaknya dan mereka akan melakukan hal yang sama.

"Nanti anaknya melunjak. ngak itu karena kata-kata kita omongan kita masuk ke telinga anak jalan di badan," ungkapnya.

Harus Dibedakan atau pribadi anak dengan perilakunya. Kalau perilaku bisa saja salah, tetapi kalau pribadi anak senantiasa baik.
Terus bagaimana menegur anak agar tidak tersinggung menurut dr Aisyah Dahlan ada teknik sangat efektif.

Namanya teguran satu menit.

"Menegur anak-anak tidak usah lama-lama bu, itupun dibagi setengah menit menegur perilaku yang keliru, kemudian setengah menit puji perilaku anak sebagai perilaku yang baik," ucapnya

Label yang kita berikan kepada anak akan terekam terus melalui sistem saraf. contoh kita pernah menyebut anak kita pemalas, dulu, itu terekam terus apalagi kita sampaikan ketika si anak di umur tiga tahun itu adalah golden pariot, perkembangan otaknya sangat kuat.

Baca Juga: Perilaku Anak Adalah Cerminan Orang Tua, dr Aisyah Dahlan: Jangan Malu untuk Minta Maaf

"Sebetulnya si anak cerdas, tetapi karena kita bilang pemalas, maka dia pemalas betul, kenapa karena terekam di kepalanya,"

"Kata ibunya saya tidak pernah bilang dia pemalas lagi. Rupanya omongan kita yang pertama itu sangat membekas. Untuk itu kita lakukan empat hal, pertama Maafkan diri, kedua minta ampun, ketiga maafkan anak, dan keempat kita minta maaf," ungkap dr Aisyah.

Bisa hilang tidak, tetapi menipis, dan itu akan menjadi pembelajaran. sehingga sang anak akan tau dan memaafkan ibunya.***

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah