Kepada Bapak dan Catatan, Puisi untuk Peringati Hari Ayah Nasional 2021 yang Syahdu

- 11 November 2021, 13:00 WIB
Kepada Bapak dan Catatan, Puisi untuk Peringati Hari Ayah Nasional 2021 yang Syahdu./
Kepada Bapak dan Catatan, Puisi untuk Peringati Hari Ayah Nasional 2021 yang Syahdu./ /PEXELS - Ba Phi

MANTAR SUKABUMI - Kamis 11 November 2021 merupakan hari ayah nasional yang diperingati setiap tahunnya, dan menjadi moment yang penting.

Moment untuk mengungkapkan rasa cinta seorang anak kepada ayahnya yang telah membanting tulang untuk keluarganya.

Ayah yang telah bekerja siang dan malam mengeluarkan keringat, namun terkadang lebih banyak berdiam diri.

Baca Juga: Survei SnapCart Membuktikan: Ini E-Commerce Terbaik Indonesia Tahun 2021

Sesekali Ayah berbicara untuk hal yang penting, menasehati anak-anaknya yang terakadang keras kepala dan malas belajar.

Dirangkum mantarsukabumi.com dari berbagai sumber pada Kamis 11 November 2021, berikut puisi tentang ayah yang bagus.

1. Kepada Bapak (Karya Gunoto Saparie)

ada peci putihmu tergantung di kapstok
bertahun-tahun di sana sejak kau pergi
namun jarum-jarum jam dinding berhenti
dan kalender di tembok pun mendadak rontok

ada potretmu mengabur di dekat pintu
ada senyum tipis membayang harapan
betapa berat rindu, bapak, tersendat di kalbu
angin tanah kelahiran melagukan alam pedesaan

selalu kuingat kata-katamu tentang kehidupan
tentang negara, agama, dan pengabdian
kata-kata yang patah-patah, tertahan-tahan
kami tak tahu, ternyata untuk yang penghabisan:

ada sandalmu teronggok di ujung ranjang
ada buku-bukumu, kitab-kitab menguning
berjajar di rak, terserak di meja dan lantai
ada yang tertinggal di hati, Allah, kasihmu abadi

2. Catatan (Karya Wiji Thukul)

gerimis menderas tengah malam ini
dingin dari telapak kaki hingga ke sendi-sendi
dalam sunyi hati menggigit lagi
ingat
saat pergi
dan pipi kiri kananmu
kucium
tak sempat mencium anak-anak
khawatir
membangunkan tidurnya (terlalu nyenyak)
bertanya apa mereka saat terjaga
aku tak ada (seminggu sesudah itu
sebulan sesudah itu
dan ternyata lebih panjang dari yang kalian harapkan!)
dada mengepal perasaan
waktu itu
cuma terbisik beberapa patah kata
di depan pintu
kau lepas aku
meski matamu tak terima
karena waktu sempit
aku harus gesit

genap ½ tahun aku pergi
aku masih bisa merasakan
bergegasnya pukulan jantung
dan langkahku
karena penguasa fasis
yang gelap mata

aku pasti pulang
mungkin tengah malam dini
mungkin subuh hari
pasti
dan mungkin
tapi jangan
kau tunggu
aku pasti pulang dan pasti pergi lagi
karena hak
telah dikoyak-koyak
tidak di kampus
tidak di pabrik
tidak di pengadilan
bahkan rumah pun
mereka masuki
muka kita sudah diinjaki

kalau kelak anak-anak bertanya mengapa
dan aku jarang pulang
katakan
ayahmu tak ingin jadi pahlawan
tapi dipaksa menjadi penjahat
oleh penguasa
yang sewenang-wenang

kalau mereka bertanya
"apa yang dicari?"
jawab dan katakan
dia pergi untuk merampok
haknya
yang dirampas dan dicuri

15 Januari 1997

Baca Juga: Puisi Hari Ayah Nasional 12 November, Cocok untuk Kaum Muda Milenial

3. Ayah… (Karya Clara)

Beribu kata telah kau ucapkan
Beribu cinta tlah kau berikan
Beribu kasih tlah kau berikan
Hanya untuk anak mu

Ayah…
Kau ajarkan ku tentang kebaikan
Kau tunjukanku tentang arti cinta
Kau jelaskanku tentang makna kehidupan
Dan kau mendidikku dengan sungguh kasih sayang

Ayah…
Betapa mulianya hati mu
Kau korbankan segalanya demi anak mu
Kau banting tulang hanya untuk anak mu

Kini ku berjanji tuk semua kerja keras hanya untuk mu
Ku berjanji tuk semua kasih sayang mu
Dan ku berjanji untuk ketulusan hati mu
Bahwa aku akan selalu menjaga mu
Aku akan selalu menyayangimu hingga akhir hidup ku
Terimakasih ayah untuk semua kasih sayang mu

4. Dirgahayu buat Ayah (Karya Abdul Latip Talib)

Ayah Mahkota kasihmu
kutatap dan kudakap
Puing-puing rindu menyepuh istana hati
alangkah sepinya Pulau Pandan
betapa jauhnya Laut Oman
hari ini kukalung doa
berbahagialah ayah.

Ayah
Jasamu terpahat di mana-mana
nasihatmu tersimpan kukuh di hati
Semangatmu mengental di sanubari
dengan keringat dan air matamu
akar budaya diri ini kukuh
seperti tertegaknya keraton jawa.

Ayah
Istana bahagia ini ayah bina
bersama warna warni kehidupan
bersama rentetan kesengsaraan
semangat dan pengorbanan ini
menjadi nafas kedaulatan keluarga

dan hari ini
teratai berkembang mekar
disinari mentari pagi
dirgahayu buatmu, ayah.

Jelebu N.S 15.06.03.***

Editor: Dea Pitriyani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah