Sejarah Malam Satu Suro yang Dianggap Keramat, Lengkap Dengan Mitos yang Dipercaya Masyarakat Jawa

- 26 Juli 2022, 15:10 WIB
Sejarah Malam Satu Suro yang Dianggap Keramat, Lengkap Dengan Mitos yang Dipercaya
Sejarah Malam Satu Suro yang Dianggap Keramat, Lengkap Dengan Mitos yang Dipercaya /Pixabay


MANTRA SUKABUMI - Berikut kami sajikan informasi mengenai sejarah malam satu suro yang dianggap keramat, lengkap dengan mitos yang dipercaya masyarakat Jawa.

Di penghujung Juli, banyak yang bertanya-tanya kapan malam satu suro akan datang? Dilihat dari pertemuan penanggalan Jawa dan Masehi, malam satu suro akan jatuh pada tanggal 30 Juli 2022.

Malam satu Suro dianggap sakral dan sering dikaitkan dengan hal-hal mistis. Padahal, banyak mitos yang mengiringi malam satu suro dan dianggap membawa malapetaka atau sial jika dilanggar.

Baca Juga: Benarkah Malam Satu Suro Dikenal Angker? Cek Faktanya Disini

Apa artinya malam satu suro? Satu Suro adalah hari pertama dalam penanggalan Jawa yang jatuh pada bulan Sura atau Suro.

Dirangkum mantrasukabumi.com melalui berbagai sumber pada Selasa 26 Juli 2022, berikut sejarah malam satu suro yang dianggap keramat, lengkap dengan mitos yang dipercaya.

Peringatan Satu Suro dilaksanakan pada malam hari setelah Maghrib. Berdasarkan hal tersebut, muncul istilah malam satu suro.

Salah satu mitos malam satu suro adalah dilarang bepergian atau keluar rumah yang diyakini membawa bahaya.

Perayaan malam 1 Suro di Yogyakarta biasanya dilakukan dengan kirab keris dan benda pusaka.

Peringatan malam satu suro berbeda lagi di Gunung Lawu, momentum malam satu suro dipenuhi para pendaki.

Pada 2019, bahkan ada 2.500 orang mendaki Gunung Lawu. Ada banyak tujuan bagi para pendaki ini.

Ada yang ingin liburan dengan mendaki gunung. Namun ada juga yang berencana melakukan ritual Suroan di puncak Gunung Lawu.

Baca Juga: Sinopsis dan Link Nonton Film Satu Suro, Kisah Teror Pada Malam Sakral di Dunia Gaib

Sejarah Malam Satu Suro

Latar belakang ditetapkannya 1 Muharram sebagai awal penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, seorang khalifah Islam di era setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Awal dari afiliasi ini, konon untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa.

Maka pada tahun 931 H atau 1443 tahun baru Jawa yaitu pada masa pemerintahan kerajaan Demak.

Sunan Giri II melakukan penyesuaian antara sistem penanggalan Hirjiyah dengan sistem penanggalan Jawa saat itu.

Saat itu, Sultan Agung menginginkan persatuan rakyatnya untuk menyerang Belanda di Batavia, termasuk ingin menyatukan pulau Jawa.

Karena itu, dia ingin umatnya tidak terpecah belah, terutama karena keyakinan agama. Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin menyatukan golongan santri dan abangan.

Setiap Jum'at Legislatif, laporan pemerintah daerah dilakukan sementara pengajian dilakukan oleh kepala daerah, serta ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.

Alhasil, 1 Muharram (Satu Suro) yang dimulai pada hari Jum'at Legi juga disakralkan, bahkan dianggap sial jika ada yang memanfaatkan hari itu di luar kepentingan Al-Qur'an, haji, dan haul.

Itulah informasi mengenai sejarah malam satu suro yang dianggap keramat, lengkap dengan mitos yang dipercaya. ***

Editor: Ajeng R H


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x