BMKG Beberkan Alasan Pulau Jawa Malam Ini Lebih Dingin Hingga Kaitan Fenomena Aphelion

9 Juli 2021, 21:16 WIB
Penjelasan fenomena bediding oleh BMKG Juanda. /Instagram/@infobmkgjuanda

MANTRA SUKABUMI - Masyarakat Indonesia khususnya Pulau Jawa mengatakan jika malam ini terasa lebih dingin dari biasanya hingga kaitkan dengan fenomena Aphelion.

Menanggapi hal itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menbeberkan alasan Pulau Jawa malam ini terasa lebih dingin dibanding biasanya.

Melalui akun Instagram resminya BMKG memberikan jawaban alasan Pulau Jawa terasa dingin hingga sebut fenomena Aphelion.

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Minta Pejabat PPKM Darurat yang Ribut Dengan Praka Izroi Dipindahkan ke Papua, Ini Faktanya

Baca Juga: Kepanjangan PPKM Darurat Resmi dan Plesetan Netizen Hingga Singgung Jokowi dan Petugas Partai Serta Bucin

"Selamat malam sobat BMKG!
Ngerasa nggak kalau malam ini lebih dingin khususnya di Pulau Jawa?
Ada apa y?
Yuk kita bahas!," tulis akun BMKG

Berikut jawaban lengkap BMKG terkait malam ini Pulau Jawa yang terasa dingin dibanding biasanya.

Kejadian suhu udara dingin yang dirasakan beberapa daerah di Jawa Timur saat musim kemarau dan beredarnya berita yang mengkaitkan hal tersebut dengan "fenomena aphelion" banyak menimbulkan pertanyaan di masyarakat.

Fenomena suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli - September).

Saat ini wilayah Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau, pada periode ini ditandai oleh pergerakan angin bertiup dominan dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia.

Baca Juga: Daftar 20 Singkatan PPKM Darurat Plesetan Netizen yang Bikin Geleng-geleng Kepala

Pada bulan Juli ini wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Sifat dari massa udara yang berada di Australia ini dingin dan kering.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia).

Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.

Berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT terlihat cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir juga disertai oleh berkurangnya kandungan uap air di atmosfer.

Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas.

Baca Juga: Tingkat Kesembuhan Covid-19 Indonesia Jumat 9 Juli 2021, Kembali Capai Rekor Harian Tembus 28.975 Orang

Sehingga, rendahnya kandungan uap di atmosfer ini menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan.

Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan.

Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.***

Editor: Andriana

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler