Profil Hidayat Nur Wahid Politisi PKS yang Apresiasi Permintaan Maaf Deddy Corbuzier Atas Santri Tahfidh

19 September 2021, 21:35 WIB
Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid. /Instagram/

MANTRA SUKABUMI - Hidayat Nur Wahid adalah politisi dan juga anggota DPR RI dari PKS.

Hidayat Nur Wahid mengapresiasi permintaan maaf Deddy Corbuzier, soal bully pada santri tahfidh tutup telinga saat mendengarkan musik.

Apresiasi pada Deddy Corbuzier tersebut diungkapkan Hidayat Nur Wahid pada akun media sosialnya.

Baca Juga: Shopee Gandeng Bintang Internasional Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Shopee 9.9 Terbaru

"Saya apresiasi Deddy Corbuzier berani minta maaf, dan menyadari ketidaktahuannya soal Santri Tahfidh tutup telinga," ujar Hidayat Nur Wahid.

"Islam ajarkan sikap gentleman;minta maaf dan berikan maaf. Tapi bagus juga kalau langsung datangi Pesantren,jumpai Santri dan declare minta maaf. insyaAllah berkah," sambung politisi PKS tersebut.

Berikut profil Hidayat Nur Wahid, dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber.

Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, Lc., M.A. adalah seorang politisi dan legislator PKS.

Hidayat Nur Wahid atau biasa disapa HNW, merupakan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat yang ke-11, menjabat dari Oktober 2004 hingga Oktober 2009, dan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat dari tahun 2004 hingga kini.

Hidayat Nur Wahid Kelahiran 8 April 1960 Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Dilahirkan dari keluarga yang termasuk golongan pemuka agama dan guru, kakek Hidayat dari pihak ibu berafiliasi kepada organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah, sementara ayahnya, H. Muhammad Syukri, seorang guru lulusan IKIP Yogyakarta, juga menjadi pengurus di organisasi tersebut.

Siti Rahayu, ibunda Hidayat, merupakan aktivis Aisyiyah, sayap kewanitaan Muhammadiyah dan seorang guru Taman Kanak-kanak.

Hidayat merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Saudara-saudarinya yang lain bernama Muhammad Agung Nugroho, Mabrur Dewantoro, Istiqomah, Ahmad Wiladi, Ahmad Wisanggeni, dan Sapti Swastanti.

Baca Juga: Profil Laksamana Yudo Margono yang Disebut Wapres Ma'ruf Amin sebagai Panglima TNI, Ini Sederet Prestasinya

Ahmad Wisanggeni dan istrinya Nurus Baiti berdomisili di Banda Aceh sejak tahun 1997 dan wafat dalam bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda kota tersebut pada akhir Desember 2004.

Dari pernikahannya dengan Kastrian Indriawati, Hidayat dikaruniai empat orang anak: Inayatu Dzil Izzati, Ruzaina, Alla Khairi, dan Hubaib Shidiqi. Istri pertamanya meninggal dunia pada tanggal 22 Januari 2008 di Yogyakarta.

Hidayat kemudian menikah dengan Diana Abbas Thalib, seorang dokter, Pernikahan keduanya berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah pada 11 Mei 2008, dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertindak selaku saksi untuk mempelai pria dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai saksi untuk mempelai wanita.

Diana Abbas Thalib melahirkan anak kembar di Jakarta pada tanggal 15 April 2009.

Lahir dari lingkungan keluarga Muslim konservatif di Jawa Tengah, ia belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor dan kuliah di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta sebelum menempuh studi magister dan doktor di Universitas Islam Madinah.

Karier politiknya dimulai setelah ikut mendeklarasikan berdirinya Partai Keadilan (PK) pada tanggal 20 Juli 1998.

Kemudian, ia menjadi ketua partai tersebut sejak bulan Mei 2000, dan ikut berperan dalam mentransformasikan PK menjadi PKS pada bulan Juli 2003.

Mundur dari jabatan presiden pada Oktober 2004 setelah terpilih menjadi wakil rakyat di DPR, ia kemudian terpilih pula menjadi Ketua MPR untuk periode 2004-2009.

Pada tahun 2012, ia turut serta dalam pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta sebagai calon gubernur dengan menggandeng Didik J. Rachbini dari Partai Amanat Nasional; namun pada putaran pertama, ia hanya menempati peringkat terbawah, sehingga gagal lolos ke putaran kedua.

Baca Juga: Profil Letjen Anumerta MT. Haryono, Pahlawan Revolusi yang Dibunuh PKI

Menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, ia menjadi salah satu kandidat calon presiden dari PKS.

Masa kecil dan remaja

Hidayat lahir di Dusun Kadipaten Lor, Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara pada tanggal 8 April 1960.

Pendidikan formal dimulainya dari SD Negeri Kebondalem Kidon, lulus pada tahun 1972.

Ketertarikan mendalami Islam membuatnya mendaftar ke Pondok Pesantren Wali Songo di Ngabar, Siman, Ponorogo, sebelum melanjutkan pendidikannya di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, lulus tahun 1978.

Selama di bangku sekolah, Hidayat sudah gemar berorganisasi. Dia menjadi salah satu staf koordinator kesekretariatan Pramuka di Gontor pada tahun 1978, ketika duduk di kelas lima pesantren tersebut. Dia juga tercatat sebagai anggota Pelajar Islam Indonesia (PII).

Setelah lulus dari Gontor pada tahun 1978, Hidayat mendaftar masuk ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Meskipun Hidayat sebelumnya ingin melanjutkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, namun karena dia merasa itu terlalu berat baginya maka diputuskan untuk mendalami ilmu agama Islam yang menurutnya lebih muda.

Dia memilih masuk fakultas syariah dan sempat mengikuti pelatihan kaderisasi Himpunan Mahasiswa Islam di kampus tersebut.

Baca Juga: Profil Amoroso Katamsi Pemeran Presiden Soeharto dalam Film G30S PKI

Setahun kemudian, Hidayat mendapat beasiswa untuk studi sarjana di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Dia memilih masuk ke fakultas dakwah dan ushuluddin, dan lulus dengan predikat cum laude pada tahun 1983.

Setelah lulus sarjana, ia melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang magister (lulus 1987) dan doktor (lulus 1992) di universitas yang sama.

Di Madinah, ia aktif berorganisasi hingga terpilih sebagai Ketua Persatuan Pelajar Indonesia Arab Saudi periode 1983-1985.***

Editor: Robi Maulana

Tags

Terkini

Terpopuler