Tanggapi Foto Jokowi Bersama Abu Janda CS, Rocky Gerung: Buzzer Itu Bentuk Perbudakan Politik

- 14 Februari 2021, 17:38 WIB
Rocky Gerung angkat bicara terkait dilaporakannya Novel Baswedan ke Polisi.
Rocky Gerung angkat bicara terkait dilaporakannya Novel Baswedan ke Polisi. /Tangkapan layara YouTube.com/Rocky Gerung Official/

MANTRA SUKABUMI - Baru-baru ini beredar foto di dunia maya yang memperlihatkan Joko Widodo bersama bawahannya di Istana Negara. Yang sangat mengejutkan dari foto tersebut adalah bertenggernya nama-nama yang selama ini dianggap sebagai Buzzer.

Menanggapi hal ini Dosen Filsafat Universitas Indonesia (UI) Rocky Gerung menanggapi beredarnya foto Presiden Joko Widodo bersama orang-orang dilingkungan Istana dan para tokoh yang tidak asing lagi seperti Deni Siregar, Permadi Arya alias Abu Janda, dan Eko Kuntadhi. Ini menandakan bahwa Buzzer memang ada keberadaannya dan seolah-olah dilindungi pemerintah.

Rocky Gerung pun menyebut bahwa buzzer adalah perbudakan politik, yang berusaha disembunyikan pemerintah tapi akhirnya terbongkar juga.

Baca Juga: Kamu Senang Shopping? Coba Cari Tahu Tipe yang Manakah Kamu

Baca Juga: Awas, Jangan Konsumsi Minuman ini Secara Rutin karena Efek Sampingnya Sangat Berbahaya

"Jadi ada peternakan buzzer dan wajah-wajah di belakang presiden, itu wajah-wajah yang terlihat feodalistik. Buzzer itu perbudakan politik. Foto itu adalah foto para budak politik yang berusaha disembunyikan tapi ditemukan juga," ujar Rocky Gerung. dalam kanal Youtubenya, dikutip mantrasukabumi.com dari video yang diunggah di kanal youtube Rocky Gerung Official pada Minggu, 14 Februari 2021.

Rocky Gerung menyebut bahwa para buzzer sudah dikebiri akal sehatnya sehingga hanya bisa patuh atas perintah atasan mereka, tak peduli perintah tersebut baik atau buruk.

"Sekarang budak politik kita yang disebut buzzer dikebiri lobus frontal, bagian otak yang harus membuat analisa, kritis, memori, perilaku. Sehingga dia cuma bisa, iya, iya. Ini kan buruk sekali," kata Rocky Gerung.

Rocky Gerung pun mengakui jika sindirannya untuk pemerintah terlalu berlebihan. Pasalnya, hanya hal tersebut yang dipikirkannya saat melihat foto tersebut.

"Ada perbudakan politik di Istana yang disebut buzzer, mungkin berlebihan satire saya. Tapi hanya itu yang menggambarkan foto tersebut. Bagi saya itu foto bagian dari perbudakan politik," ucap Rocky Gerung.

Rocky Gerung lantas menjelaskan bahwa saat ini kemampuan kekuasaan sangat diandalkan dari kinerja buzzer.

Baca Juga: Tanggapi Pernyataan Habib Bahar Darahnya Mendidih Lihat HRS Ditahan, Ferdinand: kalau Sudah Mendidih Mau Apa

"Kita tahu bahwa kemampuan kekuasaan itu sangat diandalkan dari per-buzzer-an, bahkan ada peternakan buzzer di Istana. Karena gak ada kalimat efektif datang dari presiden, jubir, dan lain-lain, semuanya kalimat defensif," tutur Rocky Gerung.

Oleh karena itu, menurutnya saat ini pihak Istana mengandalkan buzzer untuk memaksimalkan opini publik.

"Maka supaya Istana itu maksimal opini publiknya, dia pakai buzzer. Nah buzzer itu yang menghalangi pikiran yang jernih dari para kritisi," kata Rocky Gerung.

Baru-baru ini beredar kabar bahwa keberadaan buzzer yang dibayar pemerintah menjadi sebuah polemik, hal ini terlihat dari ketika orang melontarkan kritiknya pada pemerintah langsung disamber buzzer yang dianggap mendapat perlindungan dari Istana.

Namun, hal ini dibatah oleh pihak Istana yang menyatakan dengan tegas bahwa pemerintah tidak memiliki buzzer untuk menyerang balik para pengkritik pemerintah bahkan sampai dilaporkan ke pihak yang berwajib.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: YouTube Sobat Dosen


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah