Ngabuburit di Mesjid Demak Jawa Tengah, Sambil Mengenal Sejarahnya

- 19 April 2021, 20:36 WIB
Ngabuburit di Mesjid Demak Jawa Tengah, Sambil Mengenal Sejarahnya./
Ngabuburit di Mesjid Demak Jawa Tengah, Sambil Mengenal Sejarahnya./ /Instagram/yulia_azzahra25


MANTRA SUKABUMI - Salah satu lokasi menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit warga Demak Jawa Tengah adalah di Masjid Agung Demak.

Biasanya jika memasuki bulan ramadhan warga datang untuk berwisata religi, hingga pelaksanaan shalat tarawih berjamaah.

Warga mendatangi Masjid Agung Demak sejak siang menjelang petang, dan beragam kegiatan yang bisa diikuti warga, mulai dari shalat ashar berjamaah, hingga mengikuti ceramah keagamaan, yang disampaikan ulama hingga menjelang buka puasa.

Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale Ajak Masyarakat Lebih Cuan di Momen Gajian

Baca Juga: Sangat Ketakutan, Joseph Paul Zhang Catut Nama Kapolri dalam Kasusnya, dr Lisa: Apa Hubungannya?

Masjid Agung Demak masuk dalam salah satu jajaran masjid tertua di Indonesia, dan lokasi Masjid Agung Demak terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Berada tepat di alun-alun dan pusat keramaian Kota Demak, Masjid Agung Demak tak sulit untuk ditemukan serta banyak dijumpai penjaja makanan di sekitar masjid jika ingin berbuka puasa.

Berikut adalah Sejarah singkat Masjid Agung Demak, dikutip mantrasukabumi.com dari laman resmi demakkab.go.id.

Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Masjid Agung Demak dahulunya adalah tempat berkumpulnya Walisongo yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa inilah yang mendasari Demak mendapat sebutan kota wali.

Baca Juga: Link Live Streaming Leg Kedua Semifinal Piala Menpora 2021: Persib Bandung vs PSS Sleman

Raden Patah bersama dengan Walisongo membangun masjid Demak dengan memberi gambar serupa bulus yang merupakan candra sengkala memet yang bermakna Sirno Ilang kerthaning bumi.

Secara filosofis bulus menggambarkan tahun pembangunan Masjid Agung Demak yaitu 1401 Saka.

Bulus yang terdiri atas kepala memiliki makna 1, empat kaki bulus bermakna 4, badan bulus yang bulat bermakna 0, dan ekor bulus bermakna 1.

Hewan bulus memang menjadi simbol Masjid Agung Demak, dibuktikan dengan adanya berbagai ornamen bergambar bulus di dinding masjid.

Dari sisi arsitektur, Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur tradisional Indonesia yang khas serta sarat makna. Tetap sederhana namun terkesan megah, anggun, indah, dan sangat berkarismatik.

Atap masjid berbentuk linmas yang bersusun tiga merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan.

Baca Juga: Komentar Haikal Hassan Bikin Ferdinand Hutahaean Murka, Begini Komentarnya

Baca Juga: Jadwal Buka Puasa 7 Ramadhan di Kabupaten Sukabumi Senin 19 April 2021, Ada Cisaat, Cikidang dan Palabuhanratu

Empat tiang utama di dalam masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Walisongo. Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.

Pintu Masjid Agung Demak yang dikenal dengan nama Pintu Bledheg dianggap mampu menahan petir.

Pintu yang dibuat oleh Ki Ageng Selo juga merupakan prasasti Candra Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani, maknanya tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi.

Sementara bagian teras Masjid Agung Demak ditopang oleh delapan buah tiang yang disebut Saka Majapahit.***

 

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Sumber: demakkab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x