Biodata dan Profil Sultan Hamengku Buwono IX, Bapak Pramuka Indonesia, Agama dan Penghargaan

- 14 Agustus 2021, 08:02 WIB
Biodata dan Profil Sultan Hamengku Buwono IX, Bapak Pramuka Indonesia, Agama dan Penghargaan./*
Biodata dan Profil Sultan Hamengku Buwono IX, Bapak Pramuka Indonesia, Agama dan Penghargaan./* /- Foto : tangkapan layar jogjaprov.go.id/

MANTRA SUKABUMI - Berikut biodata dan profil Sultan Hamengku Buwono IX, pencetus gerakan Pramuka Indonesia, lengkap dengan agama dan penghargaan.

Selain Baden Powell yang merupakan Bapak Pandu Dunia, Sultan Hamengku Buwono IX dikenal sebagai penggagas gerakan pramuka.

Tepatnya pada 14 Agustus 1961, gerakan pramuka secara resmi dikenalkan pada masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Sea Group, Shopee dan Garena Sumbangkan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin untuk Kemenkes

Karena itulah 14 Agustus selalu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Pramuka. Tahun ini memasuki peringatan ke-60.

Berikut biodata dan profil Sultan Hamengku Buwono IX yang mengambil istilah pramuka dari kata pramuka atau pasukan terdepan dalam perang.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX atau Gusti Raden Mas Dorodjatun lahir lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan putra dari pasangan Sultan Hamengkubuwono VIII dan Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara (Raden Ajeng Kustilah).

Sri Sultan Hamengku Buwono IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940.

Saat menjadi Sultan, dirinya mendapat gelar "Ngarsa Dalem Sampéyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Sénapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga ing Ngayogyakarta Hadiningrat".

Baca Juga: Yogyakarta Genting, dr Tirta Minta Sri Sultan Hamengku Buwono Berikan Statement Agar Warga Tenang

Sejak usia muda, Sri Sultan Hamengku Buwono IX diketahui aktif dalam berbagai organisasi pendidikan kepanduan.

Sehingga karena pengalamannya tersebut, menjelang tahun 1960-an, Sri Sultan Hamengku Buwono IX telah menjadi Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan).

Termasuk ketika tahun 1961, saat berbagai organisasi kepanduan di Indonesia berusaha disatukan dalam satu wadah, Sri Sultan Hamengku Buwono IX memiliki peran penting di dalamnya.

Presiden Soekarno saat itu terlihat berulang kali berkonsultasi dengan Sri Sultan tentang penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, serta pengembangannya.

Kemudian pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden Soekarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka.

Panitia yang dibentuk Presiden Soekarno tersebut beranggotakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof Prijono yang merupakan Menteri P dan K.

Kemudian Dr A Azis Saleh yang menjabat Menteri Pertanian, dan Achmadi sebagai Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa.

Panitia inilah yang kemudian menyusun Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961.

Baca Juga: Aktivis Covid-19 Serukan Sri Sultan Hamengku Buwono Turun Gunung, dr Tirta: Untuk Tenangkan Warga

Lalu pada tanggal 14 Agustus 1961 akhirnya gerakan pramuka resmi dikenalkan pada masyarakat Indonesia.

Selain itu, pada 14 Agustus 1961 juga lah dilaksanakan penganugerahan Panji Kepramukaan dan defile, juga dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari Gerakan Pramuka.

Saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Ketua Kwarnas sekaligus Wakil Ketua I Mapinas. Sebab Ketua Mabinas dijabat Presiden RI.

Sri Sultan bahkan menjabat sebagai Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka hingga empat periode berturut-turut, yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.

Selain menjadi Ketua Kwarnas yang pertama kali, Hamengku Buwono IX pun menjadi Ketua Kwarnas terlama kedua, yang menjabat selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen Mashudi yang menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3 periode).

Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian dianugerahi pahlawan nasional Indonesia tanggal 8 Juni 2003 oleh presiden Megawati Soekarnoputri.

Sri Sultan Hamengku Buwono kemudian meninggal di Washington DC Amerika Serikat pada 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun.***

Editor: Indira Murti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah