Baca Juga: Menjaga Ancaman dari Luar, TNI AL Tingkatkan Kemampuan dengan Latihan Militer di Perairan Makassar
Baca Juga: Australia Laporkan Kematian Pertama Usai Penguncian Ketat Akibat Corona selama Lebih dari Sebulan
Gempa pada Selasa, 23 Juni 2020 merupakan gempa besar yang ke-9 kali dengan kekuatan di atas 7.0 magnitudo. Delapan gempa lainnya yakni terjadi pada 2017(M 8.2), 2012(M 7.4), 2003(M7.5), 1995(M 8.0), 1985(M 8.0), 1932(M 8.1), 1845(M 7.9), dan 1786(8,6).
"Hasil analisis BMKG menujukkan gempa Oaxaca (Meksiko) M 7.5 mekanismenya sesar naik ciri khas mekanisme gempa megathrust," tulis Daryono di akun Instagramnya pada Rabu, 24 Juni 2020. Gempa tersebut terjadi karena dipicu oleh deformasi batuan tepat di zona Megathrust Oaxaca.
"Tadi malam, tekanan kulit bumi di zona megathrust itu tampaknya sudah melampaui batas elastisitasnya hingga batuan tidak mampu lentur lagi sehingga patah dengan tiba-tiba selanjutnya memancarkan energi gelombang seismik," ucap Daryono.
Aktivitas seismik terjadi pada Lempeng Cocos yang berada di Samudra Pasifik dekat Meksiko yang bergerak 50 hingga 70 milimeter per tahun.
Baca Juga: Bantah Cuitan Trump Terkait Ajakan Gelar Perundingan, Presiden Iran: Permintaan AS Sebuah Kebohongan
Baca Juga: Seorang Wanita Jadi Buronan Polisi Gegara Batuk Dihadapkan pada Wajah Bayi Ditengah Pandemi Corona
Gempa semalam pun merusak beberapa struktur bangunan rumah dan menyebabkan bangunan bergoyang di Mexico City. Dalam laporan terbaru yang dikutip dari AP News, lima orang dinyatakan tewas yakni dua orang di Huatalco, Oaxaca.
Dua orang tewas di Desa Pegunungan San Juan Ozolotepec dan satu terakhir merupakan seorang pekerja di perusahaan kilang minyak milik pemerintah, Pemex setelah jatuh dari struktur kilang.
Orang-orang pun berkeliaran di jalanan ibu kota sekitar satu jam setelah gempa dengan tidak mengenakan masker sebagai protokol kesehatan. Sejumlah pasien di rumah sakit covid-19 menimbulkan kepanikan dan berkerumun di salah satu bangsa di rumah sakit tersebut.