Akhirnya Surplus Neraca Transaksi Indonesia Berjalan Setelah 9 Tahun Alami Defisit

- 20 November 2020, 16:41 WIB
Akhirnya  Surplus Neraca Transaksi Indonesia Berjalan Setelah 9 Tahun Alami Defisit
Akhirnya Surplus Neraca Transaksi Indonesia Berjalan Setelah 9 Tahun Alami Defisit /DOK.PR/

MANTRA SUKABUMI - Indonesia telah mencatat surplus transaksi berjalan hingga 1 miliar dolar AS pada kuartal ketiga tahun 2020 atau pertama kali setelah sembilan tahun mengalami defisit lalu lintas pembayaran luar negeri yang berdampak pada kecukupan devisa.

Periode 2011 adalah saat Indonesia menikmati peningkatan nilai ekspor mengikuti tren kenaikan harga komoditas di pasar global yang pada tahun-tahun berikutnya menjadi bumerang bagi negara saat harga komoditas turun.

Berdasarkan penelusuran Laporan Resmi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di Jakarta, Jumat, Indonesia terakhir kali mendapat surplus transaksi berjalan pada kuartal III 2011 sebesar US $ 468 juta.

Baca Juga: Tips Handal Membuat PIN ShopeePay yang Aman untuk Menjaga Keamanan Akun

Baca Juga: Merinding, Pangdam Jaya Tegaskan Jangan Coba-coba Jika Perlu FPI Bubarkan

Dilansir mantrasukabumi.com dari ANTARA, setelah triwulan III 2011 atau triwulan IV 2011, transaksi berjalan dalam negeri mengalami defisit sebesar 944 juta dolar AS.

Namun secara kumulatif pada tahun 2011 transaksi berjalan Indonesia mengalami surplus hingga 2,07 miliar dolar AS. Hal tersebut merupakan pencapaian positif dari indikator makroekonomi yang tidak terulang selama sembilan tahun ke depan hingga triwulan III tahun 2020.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah sering mengangkat masalah defisit transaksi berjalan / CAD dalam berbagai kesempatan.

Presiden mendorong berbagai cara untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan, salah satunya dengan mengakselerasi industri pengolahan untuk menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah sehingga nilai ekspor dapat meningkat.

Masalah CAD merupakan indikator ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam CAD terdapat beberapa komponen pembayaran antara Indonesia dengan negara lain yaitu Rekening Jasa, Rekening Barang, Saldo Pendapatan Primer dan Sekunder.

Baca Juga: PSBB Tangerang Selatan Diperpanjang, Pemkot: Terapkan Protokol Kesehatan

Baca Juga: Menteri PPP Tegaskan Pemenuhan Hak-Hak Anak Tidak Dapat Dikesampingkan dalam Kondisi Apapun

Dengan demikian, CAD merupakan cerminan fundamental dari arus devisa, yang juga mempengaruhi kemampuan Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Berdasarkan keterangan resmi Bank Indonesia, Jumat, 20 November 2020 , surplus neraca pembayaran Indonesia pada triwulan III tahun 2020 ditopang oleh peningkatan surplus neraca barang sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor di tengah aktivitas impor yang terkendali.

“Surplus 1,0 miliar dolar AS atau 0,4 persen dari PDB didukung oleh surplus neraca barang,” tulis BI, Jumat.

Namun, Bank Sentral mengakui hambatan dari tingkat impor yang menguntungkan CAD karena permintaan domestik belum kuat.

Pada Rekening Koran terdapat beberapa komponen yaitu Rekening Jasa, Neraca Barang, Neraca Pendapatan dan Neraca Pendapatan Primer-Sekunder.

Di sisi neraca jasa, BI melihat defisit akan terus meningkat karena rendahnya jumlah kedatangan turis asing.

Baca Juga: Kementerian Keuangan Sebut Negara Beruntung Dapat Dividen Rp 378 Triliun dari PMN

“Serta peningkatan defisit layanan lain seperti telekomunikasi, komputer, dan layanan informasi seiring dengan peningkatan impor layanan untuk mendukung kegiatan masyarakat yang sebagian besar dilakukan secara online saat pandemi COVID-19,” tulisnya. Bank Sentral, dalam laporannya.

Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat, terutama didorong oleh peningkatan pengembalian investasi langsung.**

 

Editor: Emis Suhendi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x