Era Baru Olahraga Nasional Sports Science dan Pentingnya Penerapan IPTEK Prestasi Olahraga Indonesia

6 September 2020, 17:41 WIB
Ilustrasi ajang eSport. (Jurnal Arena) /Jurnal Arena

MANTRA SUKABUMI – Dunia berada di era industri 4.0, semua sektor kehidupan tidak lepas dari sentuhan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Begitu pula dunia olahraga yang sudah berkembang ke arah penerapan IPTEK, baik olahraga yang bertarget prestasi, olahraga rekreasi, maupun olahraga kabugaran untuk massa.

Di sektor olahraga prestasi, jika kita melihat data pencapaian prestasi Indonesia dari perhelatan olahraga seperti Sea Games, Asean Games, maupun Olimpiade tidak sebanding dengan populasi penduduknya yang terbesar di Asean atau terbesar ke-4 di dunia.

Baca Juga: Alhamdulillah, Akhirnya KONI Pusat Resmi Akui Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI)

Kegagalan Indonesia bersaing pada berbagai ajang multi event tersebut dalam beberapa tahun terakhir dianggap menjadi faktor pendorong Indonesia untuk secepatnya memaksimalkan penerapan sports science.

Sport science mungkin bukan hal baru bagi insan olahraga Nasional.

Pemahaman dan Penguasaan Sports Science, sudah terlihat dalam beberapa cabang olahraga, dan menuai hasil yang positif. Tapi penerapan dan pembinaannya masih berjalan sendiri-sendiri, seperti kehilangan acuan.

Di tahun 2020 ini, melalui momentum Haornas, Pemerintah Indonesia mencanangkan peningkatan IPTEK dalam dunia olahraga melalui Sports Sciense.

Baca Juga: Hari Olahraga Nasional 2020 Usung Tema Megah: Sports Science, Sports Tourism, dan Sports Industry

Untuk mendukung program tersebut, rupanya pemerintah harus merivisi UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Pengertian Sports Science

Menurut salah satu majalah olahraga terkemuka di dunia olahraga, sport science adalah penerapan prinsip-prinsip science untuk membantu meningkatkan prestasi olahraga.

Secara umum terdapat 3 bidang kajian dalam menerapkan pedoman ataupun prinsip IPTEK guna meningkatkan prestasi olahraga, yakni fisiologi, psikologi dan biomekanika.

Fisiologi memiliki peranan bagi para atlet dalam membiasakan pola latihan bagi tubuh (atau bisa juga memiliki arti bentuk respon tubuh mereka terhadap latihan yang dijalani). Dengan demikian, para atlet dapat mengetahui apakah bentuk latihannya sudah sesuai atau belum.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 Adalah Olimpiade Musim Panas yang Paling Mahal

Psikologi memiliki peranan guna memberikan semangat, motivasi dan juga mengontrol emosi para atlet karena hal-hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku para atlet.

Dan untuk biomekanika memiliki fungsi dalam menganalisa mekanika pergerakan tubuh. Dengan adanya biomekanika, kita dapat mengidentifikasi teknik ataupun cara terbaik para atlet dalam meningkatkan prestasi olahraga. Selain itu, biomekanika dapat mengurangi para atlet mengalami cedera.

“Sport Science sangat diperlukan untuk mengembangkan performa tinggi atlet khususnya fisik, teknik, taktik dan psikis. Namun sayangnya, masih banyak pelatih di Tanah Air tidak mau menerapkan sport science karena menganggap IPTEK justru mempersulit pekerjaannya” buka Prof. Dr. Hari Setijono M.Pd, Dosen Ikor UNESA dalam orasi ilmiahnya di prodi IKOR PPS UNY sebagaimana dilansir dari laman ik.pps.uny.ac.id.

Sport science merupakan disiplin ilmu yang mempelajari penerapan dari prinsip-prinsip sains dan teknik-teknik yang bertujuan untuk menigkatkan prestasi olahraga.

Baca Juga: Jadwal Timnas U19 International Friendly Tournament 2020 dan Link Live Streaming

Sport Science memiliki arah antara lain untuk memprediksi dan membandingkan hasil dari tes yang telah dilakukan, memonitor hasil pelatihan yang telah dilakukan.

Sport Science juga dapat digunakan sebagai penentu keputusan, menetapkan suatu tujuan, apabila perlu dilakukan suatu revisi program, dapat digunakan untuk melakukan identifikasi bakat dan penentuan sasaran, sebagai bahan untuk memberikan motivasi, dan tidak semua cabang dapat diukur dengan alat yang sama, dan masing 2 mempunyai keunikan tersendiri.

Beberapa negara maju seperti Jerman, Tiongkok, Korea Selatan, Australia adalah contoh negara-negara yang secara intens menerapkan IPTEK olahraga yang canggih. Hasilnya, prestasi atlet pun terdongkrak mencapai prestasi maksimal di berbagai cabang dan event olahraga.

“Tanpa memanfaatkan sport science, prestasi olahraga atlet Indonesia akan terus tertinggal dari negara lain," ucapnya.

Baca Juga: KONI Pusat Resmikan 8 Cabang Olahraga Baru, PON ke-20 di Papua dilaksanakan Tahun 2021

Hingga kini masih ada pelatih yang menganggap iptek hanya sebagai bumbu olahraga. Padahal, iptek harus dijadikan sebagai bahan baku untuk pencapaian prestasi olahraga,” sambung Hari dihadapan mahasiswa S2 IKOR UNY. **

Editor: Fauzan Evan

Tags

Terkini

Terpopuler