Bantu Tangani Covid-19, Ilmuan Kembangkan AI untuk 'Ramal' Pasien Gagal Napas Akut

- 18 Mei 2020, 06:00 WIB
ILUSTRASI kecerdasan buatan
ILUSTRASI kecerdasan buatan /.*/Canva.com

MANTRA SUKABUMI  Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sudah jadi bagian yang tak terpisahkan dengan teknologi masa kini.

Diberbagai perangkat teknologi baik hardware maupun software sudah ditanamkan artificial intelligence (AI) sebagai penunjang kecanggihan perangkat tersebut.

Tidak hanya itu, artificial intelligence (AI) sudah diterapkan disemua sektor, termasuk di dunia kesehatan.

Belum lama ini, ilmuan Amerika Serikat tengah mengembangkan suatu alat yang diklaim mampu memprediksi pasien yang terinfeksi virus Corona akut dengan bantuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI)

Baca Juga: Lapan: ISS Terlihat dengan Mata Telanjang Tanpa Bantuan Alat hingga 21 Mei 2020, Catat Jadwalnya

Dua peneliti, Megan Coffee dan Anasse Bari dari New York University di Amerika Serikat mempelajari analitik prediktif dan penyakit menular.

Mereka mengembangkan alat AI untuk membantu dokter menangani lonjakan kasus COVID-19.

"Sementara pekerjaan kami masih memvalidasi model lebih lanjut dengan memegang janji sebagai alat lain untuk memprediksi pasien yang paling rentan terhadap virus, tetapi hanya mendukung pengalaman klinis dokter yang sulit mengobati infeksi virus," kata Megan Coffee, seorang klinis asisten profesor di New York University, dikutip dari The Economic Times.

Asisten profesor klinis di New York University, Anasse Bari mengatakan, pihaknya menciptakan kecerdasan buatan ini guna mencari tahu tingkat keparahan infeksi virus corona pada pasien.

Baca Juga: Google akan Blokir Iklan Berat pada Chrome yang Jadi Penyebab Baterai Cepat Habis

"Tujuan kami adalah merancang dan menggunakan alat pendukung keputusan dengan menggunakan kemampuan AI yang sebagian besar sebagai analitik prediktif untuk menandai tingkat keparahan klinis virus corona di masa depan," kata Anasse.

Untuk penelitian ini, temuan demografis, laboratorium, dan radiologis dikumpulkan dari 53 pasien karena masing-masing dinyatakan positif COVID-19 pada Januari 2020 di dua rumah sakit Tiongkok yang awalnya memiliki gejala awal yang ringan seperti batuk, demam, dan sakit perut.

Namun, pada sebagian kecil pasien, terdapat gejala parah yang muncul hanya dalam waktu satu minggu, seperti pneumonia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah teknik AI dapat membantu memprediksi secara akurat pasien mana yang akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau gagal pernapasan akut dan penumpukan cairan di paru-paru yang dapat berakibat fatal pada pasien lansia.

Artikel ini telah terbit sebelumnya di Pikiran-rakyat.com dengan judul "Hadapi COVID-19, Peneliti Ciptakan Kecerdasan Buatan Guna 'Ramal' Pasien Penderita Gagal Napas Akut."

Baca Juga: Pandemi Corona Belum Usai, Spanyol Perpanjang Lockdown Hingga Akhir Juni Saat Aksi Anti Pemerintah

Para peneliti merancang model komputer yang membuat keputusan berdasarkan data yang dimasukkan ke dalamnya, dengan program yang 'pintar'.

Komputer kemudian melacak serangkaian keputusan dari opsi yang ada, lalu memodelkannya.

Para peneliti terkejut karena menemukan karakteristik yang dianggap sebagai keunggulan COVID-19, seperti pola-pola tertentu yang terlihat pada paru-paru, demam, dan respon imun yang kuat, tidak berguna dalam memprediksi pasien yang memiliki gejala ringan.

Tim peneliti melaporkan dapat memprediksi risiko pasien pernafasan akut dengan akurasi hingga 80 persen.

Baca Juga: Ribuan Burung Gagak Penuhi Jalan AS disertai Suara Panik Sejumlah Orang, Simak Faktanya

"Untuk 53 orang dalam penelitian kami, algoritma memprediksi dengan akurasi 70-80% terhadap orang-orang yang paling akut. Itu cukup dekat dengan kegunaan lain AI dalam pengobatan . Kami sekarang sedang melakukan validasi lebih lanjut dengan data yang lebih besar," kata peneliti, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Medical Express.

Kemampuan untuk memprediksi pasien mana yang akan menurun bisa sangat berguna bagi dokter, tetapi gejala yang diidentifikasi dari AI untuk membuat prediksi juga bisa memberikan informasi berharga kepada para peneliti.

"Sementara AI yang kami rancang hanya tes pertama, hasilnya sangat menggembirakan. Kami percaya AI memiliki peran dalam memerangi pandemi ini dan berharap untuk segera menempatkan sistem kami untuk bekerja membantu dokter di garis depan," kata peneliti.** (Julkifli Sinuhaji/PR)

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x