Bank Indonesia Keluarkan Aliran Modal Sebesar Rp 167,9 Triliun

1 April 2020, 12:15 WIB
Logo Bank Indonesia /Pikiran Rakyat/.*(foto Pikiran Rakyat)

Mantrasukabumi.com - Pandemi COVID-19 di Indonesia sangat signifikan penularannya. Setiap hari yang terjangkit terus bertambah.

Pengaruhnya sungguh sangat luar biasa sehingga seluruh sektor yang ada di Indonesia terkena imbas oleh Pandemi tersebut.

Maka timbullah kepanikan - kepanikan dimasyarakat sendiri sehingga mempengaruhi sektor keuangan di Indonesia.

Hal tersebut tentunya menjadi bahan bagi Bank Indonesia untuk mengatur strategi di sektor keuangan.

Baca Juga: Ada 3 Cara Semprot Disinfektan yang Sesuai Anjuran di Kamar Tidur

Dikutip dari Pikiran Rakyat.com bahwa Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal yang keluar (capital outflow) dari Indonesia sejak penyebaran Covid-19 (20 Januari - 30 maret 2020) sebesar Rp 167,9 triliun. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, jika keluarnya aliran modal tersebut bukan disebabkan faktor fundamental, melainkan kepanikan karena dampak Virus Covid 19.

Perry mengatakan, aliran modal keluar tersebut terdiri dari surat berharga negara (SBN) Rp 153, 4 triliun dan saham Rp 14,4 triliun. Dengan demikian, nett outflow Januari-30 Maret 2020 (ytd) senilai Rp 145,1 triliun yang terdiri dari SBN Rp 131,1 triliun dan saham Rp 9,9 triliun.

Baca Juga: Alberto Puig Membantah Penundaan Balapan MotoGP Disebut Untungkan Honda

“Sebenarnya pada awal tahun (sebelum penyebaran Covid 19 belum diketahui), terjadi inflow. Namun penyebaran Corona menyebabkan capital outflow yang besar dari Indonesia,” ujar dia di Jakarta, Selasa 31 Maret 2020.

Dia mengatakan, aliran modal keluar tersebut sudah mereda pekan ini. Bahkan saat ini sudah ada aliran modal masuk kembali melalui lelang Surat Berharga Negara sebesar Rp 22,2 triliun. Angka itu melebihi target lelang yang ditetapkan Kementerian Keuangan, yaitu sebesar Rp 15 triliun.

Baca Juga: Telegram Kini Menambah Fitur - fitur Baru Untuk Tingkatkan Layanan Pengguna

Menurut Perry, hal itu menunjukan bahwa minat investor terhadap Indonesia masih tinggi, meskipun akumulasinya masih terjadi nett outflow. “Langkah stabilisasi bank sentral seluruh dunia termasuk Indonesia menyebabkan kepanikan mereda. Meskipun ketidakpastian masih tinggi yang membawa nilai tukar Rupiah melemah,”ujarnya.

Perry menegaskan, BI selalu melakukan stabilisasi pasar melalui triple intervensi, yaitu pasar spot, DNDF, dan lelang pasar sekunder . Sejak awal tahun, BI telah membeli surat berharga negara dari pasar sekunder yang dilepas asing senilai Rp 166,2 triliun.

Baca Juga: Angka Kematian Virus Corona di Indonesia, Tertinggi di Asia Tenggara, 20 Besar di Dunia

Meredanya kepanikan global menyebabkan nilai tukar Rupiah relatif stabil sejak seminggu terakhir. Nilai tukar Rupiah berada di kisaran Rp 16.350 per Dolar AS pada Selasa 31 Maret 2020.

"Seminggu terakhir nilai tukar bergerak dengan mekanisme pasar dan berjalan baik. Demikian juga para eksportir telah mensuplai pasokan valasnya," tuturnya.

Perry juga berharap agar para importir yang memerlukan Dolar AS sebaiknya tidak tunai atau spot, melainkan dari DNDF. Apalagi saat ini premi DNDF relatif murah dan memiliki nilai lindung.

Baca Juga: Update 1 April 2020, AS Catat Korban Virus Corona Capai 23 Ribu dalam Sehari

Dia mengatakan, BI telah melakukan diskusi intensif, terutama dengan Kementerian Keuangan mengenai dampak Covid 19. Apalagi International Monetary Fund (IMF) sudah menyatakan, jika kemungkinan ekonomi global mengalami resesi pada 2020

"Penyebaran Covid 19 tidak hanya berdampak pada perdagangan namun juga menurunnya mobilitas dan aktivitas ekonomi. Saat ini pemerintah juga melakukan finalisasi bagaimana keputusan mengenai pengaturan mudik. **

Sumber artikel dari https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-01359068/pandemi-covid-19-aliran-modal-keluar-dari-indonesia-rp-1679-triliun

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler