Dia mengatakan, aliran modal keluar tersebut sudah mereda pekan ini. Bahkan saat ini sudah ada aliran modal masuk kembali melalui lelang Surat Berharga Negara sebesar Rp 22,2 triliun. Angka itu melebihi target lelang yang ditetapkan Kementerian Keuangan, yaitu sebesar Rp 15 triliun.
Baca Juga: Telegram Kini Menambah Fitur - fitur Baru Untuk Tingkatkan Layanan Pengguna
Menurut Perry, hal itu menunjukan bahwa minat investor terhadap Indonesia masih tinggi, meskipun akumulasinya masih terjadi nett outflow. “Langkah stabilisasi bank sentral seluruh dunia termasuk Indonesia menyebabkan kepanikan mereda. Meskipun ketidakpastian masih tinggi yang membawa nilai tukar Rupiah melemah,”ujarnya.
Perry menegaskan, BI selalu melakukan stabilisasi pasar melalui triple intervensi, yaitu pasar spot, DNDF, dan lelang pasar sekunder . Sejak awal tahun, BI telah membeli surat berharga negara dari pasar sekunder yang dilepas asing senilai Rp 166,2 triliun.
Baca Juga: Angka Kematian Virus Corona di Indonesia, Tertinggi di Asia Tenggara, 20 Besar di Dunia
Meredanya kepanikan global menyebabkan nilai tukar Rupiah relatif stabil sejak seminggu terakhir. Nilai tukar Rupiah berada di kisaran Rp 16.350 per Dolar AS pada Selasa 31 Maret 2020.
"Seminggu terakhir nilai tukar bergerak dengan mekanisme pasar dan berjalan baik. Demikian juga para eksportir telah mensuplai pasokan valasnya," tuturnya.
Perry juga berharap agar para importir yang memerlukan Dolar AS sebaiknya tidak tunai atau spot, melainkan dari DNDF. Apalagi saat ini premi DNDF relatif murah dan memiliki nilai lindung.
Baca Juga: Update 1 April 2020, AS Catat Korban Virus Corona Capai 23 Ribu dalam Sehari
Dia mengatakan, BI telah melakukan diskusi intensif, terutama dengan Kementerian Keuangan mengenai dampak Covid 19. Apalagi International Monetary Fund (IMF) sudah menyatakan, jika kemungkinan ekonomi global mengalami resesi pada 2020