Produksi Libya 'rebound' Minyak Anjlok Ketika Infeksi Covid-19 Melonjak

- 27 Oktober 2020, 09:40 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak /PIXABAY/@Matryx

 

MANTRA SUKABUMI - Harga minyak anjlok pada akhir perdagangan Selasa pagi memperpanjang kerugian pekan lalu karena kasus virus corona terus melonjak di Amerika Serikat dan Eropa, sementara rebound produksi minyak mentah Libya menimbulkan kekhawatiran kelebihan pasokan.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) terpuruk 1,29 dolar AS atau 3,2 persen, menjadi ditutup 38,56 dolar AS per barel. Kedua kontrak tersebut turun hampir 2,5 persen dari minggu lalu.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember tergelincir 1,31 dolar AS atau 3,1 persen, menjadi menetap pada 40,46 dolar AS per barel.

Baca Juga: Terungkap, Ini Dia Sosok Brimob yang Selundupkan Senjata ke KKB di Papua

Baca Juga: Hore! Event Hunter Indonesia Buka Beasiswa PPI 2020 Gratis, Buruan Daftar dan Ikuti Persyaratannya

Sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari laman antaranews.com pada selasa 27 oktober 2020. Amerika Serikat melaporkan jumlah tertinggi infeksi baru virus corona dalam dua hari, sementara di Prancis kasus baru mencapai rekor lebih dari 50.000 pada Minggu lalu.

"Ini adalah Senin yang gelap di pasar minyak,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy. “

National Oil Corp (NOC) Libya pada Senin 26 oktober 2020 mengakhiri keadaan force majeure pada fasilitas yang tersisa yang ditutup oleh blokade ekspor minyak selama delapan bulan oleh pasukan timur.

NOC mengatakan bahwa produksi Libya akan mencapai satu juta barel per hari (bph) dalam beberapa minggu mendatang, peningkatan yang lebih cepat dari yang diperkirakan banyak analis.

Hal itu dapat mempersulit upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak untuk membatasi pasokan guna mengatasi permintaan yang lesu.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Trans 7 Hari Ini Selasa, 27 Oktober 2020 Ada Overa Van Java dan Indonesia Giveaway

Sekretaris Jenderal OPEC mengatakan pemulihan pasar minyak mungkin memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan karena inflasi virus corona meningkat di seluruh dunia.

OPEC akan meningkatkan produksi sebesar dua juta barel per hari pada Januari 2021 setelah rekor pemotongan produksi awal tahun ini.

“OPEC+ tidak boleh ceroboh dan harus mengatasi masalah barel tambahan yang muncul di pasar, jika tidak, hari-hari harga minyak yang relatif stabil akan terus menurun,” ujar pialang minyak PVM Tamas Varga.**

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x