“Semua itu dikemas dengan bahasa Bangka Belitung yang memberi warna tak biasa dari irama lagu ini lebih kekinian, “ katanya.
Dalam film ‘Tari Kematian’ ini, musik yang digunakan terdengar seperti paduan sinden Jawa dan Daek yang bisa menghipnotis siapapun yang mendengarnya.
Lirik yang disampaikan merupakan sebuah mantra pemanggil Arwah Dewi Batari, sosok penari menyeramkan yang mengutuk siapapun yang melihatnya.
"Saya juga memastikan lokasi syuting ‘Tari Kematian’ ini, berlokasi di sebuah pulau di Bangka Belitung yang terkenal dengan kisah mistis asli dari daerah tersebut. Daerah pantai yang digunakan tersebut berada sangat jauh dari dermaga, semua crew dan pemain harus melewati hutan rimbun, menanjak perbukitan curam serta pantai bebatuan tajam yang tersembunyi di balik hutan," jelas Bram lugas.
Lanjutnya, banyak sekali hal ganjil yang terjadi di lokasi saat take, khususnya di lokasi pulau. para crew dan pemain banyak mendapati beberapa gangguan seperti, crew melihat adanya kepala yang menggelinding dari atas bukit.
Kemudian, pemeran hantu di film ini yang mendengar suara Daek persis seperti yang dinyanyikan olehnya sendiri.
“Banyak sekali keganjilan lain seperti kesamaan yang tidak disengaja dari nama lokasi, nama pemain, dan bahkan kisah hantu yang berada di pulau itu sama persis dengan yang ada di film, “ pungkas Bram Ferino.
Film Tari Kematian akan tayang di bioskop Indonesia mulai 6 Juli 2023 mendatang.***