Kerusuhan Warnai Penjara Ekuador, Banyak Napi yang Dipenggal hingga Dimutilasi

26 Februari 2021, 06:57 WIB
Ilustrasi mutilasi. /Pixabay/Niek Verlaan./

 

MANTRA SUKABUMI – Sebuah keributan paling berdarah dalam sejarah di lembaga kemasyarakatan pemerintah terjadi di Ekuador, dan tragedi itu menjadi penyebab kematian 79 orang napi yang turut terseret dalam keributan. Untuk mengatasi kericuhan itu, akhirnya pemerintah pun sampai harus mengerahkan ratusan personil kepolisian dan tentara.

Dikutip mantrasukabumi.com dari news.sky.com, keributan antarnapi terjadi di tiga penjara yang berada di tiga kota dengan tingkat keamanan maksimum. Keributan itu sendiri diawali dari persaingan antar geng yang bersaing satu sama lain untuk memperoleh strata tertinggi di kalangan para napi.

Pihak berwajib yang diperintahkan untuk mengatasi kasus tersebut mengungkapkan bahwa kerusuhan diawali oleh pencurian senjata pada hari Senin, 22 Februari 2021. Setelah itu, kerusuhan berdarah yang banyak diisi oleh tindakan-tindakan sadis pun mulai terjadi.

Baca Juga: Kamu Senang Shopping? Coba Cari Tahu Tipe yang Manakah Kamu

Baca Juga: Sebut FPI Tak Punya Keinginan Ganti Pancasila, Din Syamsuddin: Mereka Radikal secara Moral

Korban-korban jiwa dari perang antar geng itu banyak sekali yang ditemukan dalam keadaan tanpa kepala atau tubuh yang dimutilasi. Sempat beredar video yang mempertontonkan saat napi-napi sedang dibantai oleh napi lainnya. Namun, tampaknya video itu sendiri sudah banyak dilaporkan oleh warganet sehingga penyebarannya pun tidak terlalu luas.

Dari 79 korban jiwa, 37 di antaranya ditemukan di penjara Kota Guayaquil, 34 korban ditemukan di penjara Kota Cuenca, dan delapan korban lainnya ditemukan di penjara Kota Latacunga.

Ricardo Camacho, pakar keamanan di Ekuador, mengatakan bahwa peristiwa sadis tersebut berakar dari kematian sosok penting dalam sindikat kriminal yang namanya cukup besar di negeri Amerika Selatan itu.

Baca Juga: Gubernur DKI Jakarta Kembali Sabet Penghargaan, Anies Baswedan: Alhamdulillah

Kematian yang terjadi pada akhir tahun 2020 itu pun memicu konflik untuk memperebutkan kekuasaan. Kekuasaan itu diperebutkan oleh banyak napi supaya mereka bisa lebih leluasa di penjaran dan disegani oleh napi-napi lainnya.

Persaingan antarkelompok di dalam penjara bisa dianggap sebagai sesuatu yang sudah lumrah, namun Camacho sendiri mengatakan bahwa dia belum pernah menyaksikan kerusuhan sesadis itu.

"Rivalitas itu menyebabkan ada tahanan yang dipenggal, dimutilasi, dan bahkan jantungnya diambil. Sesuatu yang belum pernah kita lihat,” ujar Camacho.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: News Sky

Tags

Terkini

Terpopuler