WHO Mengakui Virus Corona 10 Kali Sangat Mematikan dari Flu Babi

16 April 2020, 15:40 WIB
BENDERA Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).* /ANTARA/

MANTRA SUKABUMI - Pandemi covid-19 membawa dampak luar biasa terhadap tananan kehidupan masyarakat di belahan dunia.

Sekalipun berbagai negara telah melakukan kebijakan tegas untuk mencegah penyebaran virus, tapi nampaknya tidak semudah yang dibayangkan.

Pasalnya, banyaknya korban yang berjatuhan membawa implikasi bagi dunia internasional untuk bersegera memutus mata rantai penyebaran virus mematikan itu.

Lamanya penanganan korban dan belum ditemukannya vaksin menjadi alasan betapa menghadapi virus ini sangat berbahaya.

Terbukti akhirnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  mengakui bahwa virus corona sangat mematikan.

Baca Juga: AS Desak Tiongkok Jangan Tutupi Soal Pandemi Covid-19

Bahkan, menurut WHO, novel coronavirus (NCOV) ternyata 10 kali lebih mematikan daripada flu babi yang pernah menjadi pandemi global pada 2009 lalu.

Organisasi tersebut juga menekankan bahwa vaksin sangat diperlukan untuk sepenuhnya menghentikan penyebaran virus ini.

Dilansir The Straits Times pada Rabu 15 April 2020, saat ini, WHO tengah serius mempelajari penyakit Covid-19 yang kini telah membunuh hampir 115.000 orang dan menginfeksi lebih dari 1,8 juta penduduk dunia.

"Kami tahu bahwa penyakit ini menyebar dengan sangat cepat dan sangat mematikan, bahkan 10 kali lebih mematikan daripada pandemi flu babi di tahun 2009," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, dalam konferensi pers di Jenewa.

Flu babi (H1N1) pertama kali ditemukan di Meksiko dan Amerika Serikat pada Maret 2009 lalu dan telah menewaskan 18.500 orang. Namun, Lembaga Kesehatan Lancet memperkirakan jumlah korban penyakit tersebut sebenarnya mencapai 151.700 hingga 575.400 orang.

Jumlah tersebut berdasarkan perkiraan kematian di Afrika dan Asia Tenggara yang tidak diperhitungkan oleh WHO.

Baca Juga: Update 16 April 2020, Korban Covid-19 di Dunia Tembus 2 Juta Lebih

Pada bulan Juni 2009, flu babi dinyatakan sebagai pandemi global dan dinyatakan berakhir pada Agustus 2010. Namun, pada kenyataannya, penyakit ini tidak mematikan seperti yang ditakutkan publik.

Itulah yang membuat WHO pada saat itu sempat mendapat banyak cibiran dari warga Barat, khususnya Eropa.

Pada saat konferensi pers Senin lalu, Tedros mengungkapkan keprihatinannya terhadap beberapa negara yang mengalami penggandaan kasus setiap tiga hingga empat hari.

a mengatakan bahwa negara-negara tersebut sebenarnya dapat mengendalikan virus ini dengan baik jika menemukan kasus lebih awal, menguji, mengisolasi, dan melacak setiap kontak dari mereka.

Bahkan, lebih dari setengah populasi dunia saat ini berupaya membantu mengurangi penyebaran virus ini dengan cara menetap di rumah.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di pikiran-rakyat.com dengan judul "WHO Sebut Virus Corona 10 Kali Lebih Mematikan dari Flu Babi"

Baca Juga: Sebaran Kasus Corona di 58 Puskesmas Kabupaten Sukabumi, Sekarwangi Terbanyak

Tedros juga mengatakan bahwa kasus Covid-19 ini melonjak dengan sangat cepat tetapi menurun dengan sangat lambat.

“Tindakan pengendalian dapat dihentikan jika tindakan kesehatan masyarakat sudah tepat, seperti kemampuan yang mumpuni untuk melacak kontak pasien," katanya menambahkan.

Pada akhirnya, terlepas dari upaya yang dilakukan, WHO berharap bahwa vaksin segera ditemukan dan diproduksi untuk sepenuhnya menghentikan penyebaran virus ini.

Sayangnya, vaksin tersebut diperkirakan akan tersedia dalam 12 hingga 18 bulan mendatang.**

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler