Waspada, Pesawat Tiongkok Mendarat di Pulau wilayah Laut China Selatan

16 Mei 2020, 08:01 WIB
2 penampakan pesawat pengintai dalam waktu satu bulan menunjukkan bahwa PLANAF mulai secara berkala mendaratkan pesawat di Fiery Cross Reef /.*/Pikiran Rakyat Cirebon

MANTRA SUKABUMI - Pandemi global COVID-19 masih belum juga usai, akan tetapi Tiongkok, negara di mana pertama kali virus tersebut ditemukan, makin gencar asumsinya untuk menguasai kawasan yang disengketakan secara Internasional, yakni Laut China Selatan.

Belum lama ini  dilaporkan ada pergerakan kapal-kapal Tiongkok yang diambil oleh hasil citra gambar satelit yang diperoleh dari Satelit Hub milik Badan Antariksa Eropa (ESA).

terdapat puluhan hingga ratusan kapal-kapal Tiongkok yang berada di perairan sengketa yang ditunjukan oleh citra satelit ESA.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Jadi Ancaman Penyakit Mental, WHO: Perlu Prioritas yang Harus Segera Diatasi

Dilansir dari Forbes, pada 17 April 2020, penjaga pantai Taiwan dilaporkan mengejar 40 kapal keruk ilegal dari suatu daerah di ujung utara Laut China Selatan.

Kini kembali dikabarkan terdapat gambar satelit menunjukkan PLANAF di Fiery Cross Reef di kepulauan yang terketak strategis di Utara Laut China Selatan tersebut.

Sebuah kelompok intelijen pertahanan memperingatkan bahwa penampakan itu bisa menjadi pertanda lebih lanjut bahwa Angkatan Udara, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok mulai menggunakannnya sebagai basis untuk beroperasi di wilayah tersebut.

Baca Juga: Hand Sanitizer di Dalam mobil Meledak, Seorang Anak Jadi Korban

"Dua penampakan pesawat pengintai dalam waktu satu bulan menunjukkan bahwa PLANAF mulai secara berkala mendaratkan pesawat di Fiery Cross Reef," ujar analis utama di Janes's, Sean O'Connor.

Sean mengatakan bahwa pesawat bisa secara teratur diputar melalui pangkalan dari unit PLANAF lain di armada laut Selatan.

Dia juga berkata ada ruang di Hanggar untuk setidaknya tiga pesawat pengintai dan yang lainnya bisa diparkir di tempat terbuka.

Tiongkok telah lama bertekad untuk menyelesaikan pembangunan terumbu buatan di perairan yang disengketakan secara internasional, meskipun ada protes dari negara-negara tetangga.

Baca Juga: Viral Antrean Penumpang Padati Bandara Soekarno-Hatta, Anji Tulis Pesan Buat Jokowi

Para kritikus percaya langkah yang tengah Tiongkok lakukan memperkuat kuasa Tiongkok untuk sebagian Laut China Selatan.

Dan hal ini tentu mengkhawatirkan, karena pergerakan kapal dan pesawat di wilayah tersebut bisa saja dibatasi oleh Beijing.

Tiongkok disebut telah melakukan latihan ekstensif di wilayah tersebut untuk mengklaim kepemilikan wilayah dengan sainganya Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina, da Taiwan.

Hubungan diplomatik antara lima negara yang mengkalim pulau-pulau di wilayah tersebut sudah sangat tegang.

Pembangunan bunker baru-baru ini di beberapa atol juga merujuk ke tindakan Tiongkok untuk perlindungan terhadap serangan udara dan rudal, yang meningkatkan prospek konfik yang bisa memicu perang dunia ketiga.

Baca Juga: Perantau Nekat Pulang dari Bekasi,Tularkan 11 Anggota Keluarganya Hingga 1 Desa di Kuningan Lockdown

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman PikiranRakyat-Cirebon.com dengan judul "Peringatan bagi Dunia untuk Waspada, Pesawat Tiongkok Mendarat di Pulau Wilayah Laut China Selatan."

Tiongkok telah mereklamasi sebagian besar tanah bersama dengan melakukan pekerjaan pembangunan tingkat tinggi di Fiery Cross Reef, termasuk dengan membangun bandara.

Pulau-pulau dan terumbu karang di sekitarnya telah menjadi subjek sengketa wilayah yang pahit yang telah berlangsung lama, dengan kelima negara tersebut semuanya mengklaim bagian dari kepulauan tersebut.

Menurut AMTI, Tiongkok sekarang memiliki tujuh pos di Sratlys tetapi memfokuskan upayanya untuk memperkuat trio pangkalan yang dijuluki 'Tiga besar'.

Yang terbesar dan tercanggih di Fiery Cross Reef telah sepenuhnya diubah dari tiga terumbu menjadi instalasi militer besar saat ini.

Baca Juga: Dihantam Ombak saat Pulang Melaut, Nelayan Tegalbuleud Hilang di Muara Cikaso

Fiery Cross Reef sekarang menjadi rumah bagi gamisun militer, lapangan terbang, dan pangkalan angkatan laut setelah bertahun-tahun melakukan pengerukan pasir untuk dijadikan pulau buatan.

Wilayah Laut China Selatan juga telah menjadi titik api antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan terakhir.

Dua kapal berbendera AS, berlayar melalui kepualauan Spartly yang diperebutkan sebagai bagian dari serangkaian kebebasan navigasi operasi laut.

Militer Tiongkok menuduh AS menjelajah ke perairan yang telah diklaim oleh neegaranya, namun Washington membantah hal tersebut.

Baca Juga: LAPAN: Asteroid Besar Kembali Dekati Bumi, Terjadi Jelang Idul Fitri

"Klaim maritim yang melanggar hukum dan menyapu Laut China Selatan menimbulkan ancaman serius teerhadap kebebasan bumi," ujar Komandan Angkatan Laut AS, Reann Mommsen.

Kebebasan ini mencakup kebebasan navigasi dan penerbangan berlebih dan hak lintas yang tidak bersalah dari semua kapal yang ada di dunia.

Maka dari itu, masalah ini juga berengaruh terhadap dunia, dan dunia disebut patut untuk mewaspadainya. (Rahmi Nurlatifah)**

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Cirebon

Tags

Terkini

Terpopuler