AS Ultimatum Tiongkok, Hubungan ke Dua Negara Tersebut Kian Memanas

21 Mei 2020, 16:40 WIB
PENERBANGAN pesawat peluncur bom B-1B Lancer di perairan Tiongkok adalah tanda meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan AS.* /South China Morning Post/

MANTRA SUKABUMI - Hubungan ke dua negara antara Tiongkok dan Amerika Serikat yang kurang baik belakangan ini membuat Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) meningkatkan jalur penerbangan pesawat peluncur bom B-1B Lancer di atas perairan dekat Tiongkok.

Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS meningkatkan operasi militer mereka pada tahun ini di wilayah Laut China Selatan, Laut China Timur, Selat Taiwan, dan Laut Kuning.

Sementara itu, meningkatnya resiko konflik militer antara AS dengan Tiongkok telah diperingatkan oleh pengamat militer dari Tiongkok.

Baca Juga: Update 20 Mei 2020, Rekor Baru Kasus Positif Covid-19 di Indonesia tembus 693 dalam sehari

 

Beberapa hari setelah pelatihan dengan Angkatan Laut AS di dekat Hawai, pasukan Udara Pasifik AS mengumumkan terakhir kali melalui Twitter bahwa pesawat peluncur bom B-1B melakukan misi di Laut China Selatan.

Seperti diketahui, hubungan Beijing-Washington belakangan ini terus memanas setelah keduanya saling menuduh satu sama lain soal asal-usul pandemi Covid-19 yang mana telah menewaskan lebih dari 324.000 orang dan menginfeksi hampir 5 juta orang di seluruh dunia.

Saling tuduh tersebut telah menyebabkan keretakan dalam hubungan yang semakin tegang, yang mana mempengaruhi berbagai kegiatan, termasuk jurnalisme, perdagangan, teknollogi, dan juga militer.

Baca Juga: Lebaran Idul Fitri 2020 Jatuh Pada Tanggal Berapa?

Dilansir South China Morning Post, Angkatan Udara AS telah mengerahkan empat pesawat peluncur bom B-1B dan sekitar 200 penerbang dari Texas ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guan pada 1 Mei 2020.

Ia mengatakan misinya adalah untuk mendukung penuh Pasukan Udara Pasifik dan untuk melakukan pelatihan dan operasi dengan para sekutu.

Li Jie, seorang spesialis militer yang berbasis di Beijing, mengatakan penyebaran menunjukkan bahwa AS berusaha untuk menjaga pencegahan strategis.

Hal tersebut ditandai dengan Angkatan Udara AS yang melakukan 11 penerbangan pada bulan Maret dan 13 penerbangan pada bulan April di atas Selat Taiwan dan Laut China Selatan.

Baca Juga: Beredar Kabar Pemerintah Indonesia Siap Terapkan Herd Immunity, Simak Faktanya

"Jelas, para pembuat keputusan di Pentagon sedang mencoba menggunakan pesawat peluncur bom sebagai alat baru dalam pencegahan strategisya terhadap Tiongkok. Kami akan melihat gangguan B-1 yang intensif ke wilayah udara di Selat Taiwan dan Laut China Selatan pada bulan Mei," kata Li Jie.

Li Jie mencatat pada 6 Mei 2020, dua pesawat peluncur bom B-1B terbang di atas Laut China Timur dan juga terbang di atas perairan lepas pantai timur laut Taiwan, yang ia katakan sebagai indikasi kepada Taiwan bahwa AS belum melepaskan pengaruh militernya di wilayah tersebut.

Pada 29 April, Angkatan Udara AS mengirim dua pesawat peluncur bom B-1B Lancers hanya sekadar penerbangan bolak-balik selama 32 jam di atas Laut China Selatan.

Baca Juga: PSBB, Warga Pa Sedek-sedek bari Balanja di Pasar Palabuhanratu

Artikel ini telah tayang sebelumnya di Pikiranrakyat-Bekasi.com dengan judul "Hubungan Kian Memanas, AS Ultimatum Tiongkok dengan Luncurkan Pesawat Bom di Laut China Selatan."

Pesawat itu memutar pesawat peluncur bom B-1, B-2, dan B-52, tiga peluncur bom strategis di AS, serta armada angkata udara antara lain, pesawat militer untuk terbang di atas perairan yang diperebutkan dekat Tiongkok.

Pada 14 Mei, angkatan laut Tiongkok memulai latihan militer 11 minggu di perairan lepas kota pelabuhan utara Tangshan di Laut Kuning.

AS mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan pada hari yang sama, menandai bagian keenam selat oleh kapal Angkatan Laut AS tahun ini.

Sementara itu, Zhu Feng, Direktur Studi Internasional di Universitas Nanjing, mengatakan bahwa ketegangan di Laut China Selatan menjadi semakin tegang dan bergejolak dalam tiga bulan terakhir dan terkait erat dengan konflik politik, serta diplomatik antara kedua negara.

Baca Juga: Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei Ingin Musnahkan Israel Usai Dituduh Mendukung Genosida

Militer AS khawatir bahwa Covid-19 dapat menawarkan jendela peluang bagi Tiongkok untuk meningkatkan kredibilitas militer di Laut China Selatan, atau bahkan meningkatkan kemungkinan operasi militer terhadap Taiwan.

"Respons keras Tiongkok mungkin lebih jauh memberikan dorongan pemerintah Donald Trump untuk menahan Tiongkok di bidang lain."

"Terus maju dengan strategi Indo-Pasifik AS, sebuah taktik penting bagi AS untuk menarik sekutu di wilayah tersebut dengan mengasingkan Tiongkok," kata Zhu Feng.**(Ramadhan Dwi Waluya/PR)

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler