Tiongkok Kuasai Pabrik Perlengkapan Medis, AS Khawatir Ada Upaya Penimbunan untuk 'Peras Dunia'

22 Mei 2020, 08:00 WIB
SEJUMLAH orang tengah memproduksi pakaian pelindung diri, di Tiongkok /New York Post/.*/New York Post

MANTRA SUKABUMI Pabrik pasokan peralatan keamanan medis dunia untuk kesekian kalinya kembali dikuasai Partai Komunis Tiongkok.

Menurut para pedagang Amerika Serikat (AS) di Tiongkok, hal tersebut memicu kekhawatiran bahwa Tiongkok sedang mempersiapkan gelombang kedua COVID-19.

Moshe Malamud, salah seorang warga New York mengungkapkan pada puncak krisis, puluhan juta keping alat pelindung telah dipindahkan ke AS.

Namun, dalam beberapa pekan terakhir ini pesanan dari Pemerintah Tiongkok membuat para pemasok kewalahan.

Baca Juga: Ilmuan Tiongkok Uji Coba Obat yang Diklaim Tunjukkan Hasil Positif, Tak Perlukan Vaksin

"Saya menempatkan pesanan yang lebih besar dengan salah satu distributor yang lebih besar dan dia mengatakan kepada saya, 'Saya dapat menyelesaikan pesanan ini tetapi setelah ini kami dikontrak oleh Pemerintah Tiongkok untuk memproduksi 250 juta pakaian pelindung diri," kata Moshe Malamud dikutip dari New York Post.

Malamud melanjutkan bahwa dirinya mendengar cerita serupa yang di mana produsen lain diminta untuk membuat termometer.

"Kami mendengar bagaimana Tiongkok bangkit dan berjalan setelah berhasil melewati virus. Jadi saya bertanya 'Untuk apa mereka memesan 250 juta pakaian pelindung diri?' dan tentu saja tidak ada yang berbicara," ucapnya.

Lebih lanjut, Malamud mengatakan bahwa sudah sering mendengar hal ini dari lembaga manufaktur lain yang mengatakan, 'Kami bisa memberi Anda sedikit, tetapi pada dasarnya kami terkonsentrasi antara sekarang dan akhir dari barang-barang musim panas untuk Pemerintah Tiongkok dalam mengantisipasi satu detik gelombang'.

Baca Juga: Hadiri Acara Ultah, Satu Keluarga di Kuningan Tertular Virus Corona, Simak Faktanya

Bulan lalu, produsen peralatan keselamatan medis terkemuka di AS mengatakan kepada Gedung Putih bahwa Tiongkok telah melarang mereka untuk mengekspor barang di tengah krisis sedang meningkat.

Sebuah laporan intelijen Departemen Keamanan Dalam Negeri juga menyimpulkan bahwa Tiongkok meremehkan tingkat keparahan virus untuk menimbun pasokan medis yang diperlukan dalam memerangi pandemi tersebut. 

Sementara, seorang pejabat senior di Gedung Putih mengatakan bahwa mereka khawatir PPE akan digunakan sebagai "alat pemerasan" yang mana Tiongkok memiliki kekuatan manufaktur untuk mengubah keputusan kebijakan luar negeri.

Baca Juga: Ungkap Kejanggalannya, Eks Menkes Siti Fadilah Percaya Teori Konspirasi dalam Ciptakan Vaksin Virus

Peringatakan itu muncul setelah penasihat medis terkemuka Tiongkok mengatakan bahwa ia takut gelombang kedua COVID-19, dengan kelompok-kelompok baru mucul di berbagai bagian negara itu.

Michael Kule, pendiri AFA Sourching yang berbasis di Hong Kong mengatakan, sangat sulit untuk mengeluarkan barang dari Tiongkok, dengan terus-menerus mengubah peraturan ekspor.

Tetapi menambahkan bahwa dia tidak percaya Pemerintah Tiongkok melakukannya demi kedengkian. 

"Saya tidak merasa Pemerintah Tiongkok berusaha agar penduduk AS tidak mendapat barang tersebut. Saya pikir mereka mencari sendiri sehingga jika mereka membutuhkan sesuatu, mereka akan mendapatkan prioritas pertama," kata Michael Kule.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di PikiranRakyat-bekasi.com dengan judul Kuasai Pabrik Perlengkapan Medis, AS Khawatirkan Upaya Penimbunan Tiongkok untuk 'Peras Dunia'

Baca Juga: Siti Fadilah: WHO Harus Transparan Terhadap Negara Berkembang, Yakin Corona Bisa Sembuh Tanpa Vaksin

"Jika ada pabrik yang sangat bagus membuat produk yang sangat bagus, maka mereka (Pemerintah Tiongkok) akan mengambil alih. Saya telah terlibat dengan pabrik tempat Pemerintah Tiongkok menempatkan 200 juta keping dan sekarang saya tidak dapat memesan lagi."

"Itu adalah pengaturan yang sangat bagus dan mereka berkata, 'Maaf, tidak ada pesanan lagi. Pergi cari pabrik lain."

Kule dan Malamud mengatakan mereka masih mendapatkan bahan-bahan dari Tiongkok, tetapi keduanya dikejutkan oleh serbuan dari oportunis yang tidak berpengalaman yang mana menaikkan harga hingga 300 persen kepada sejumlah rumah sakit. 

Baca Juga: WHO: Pria yang Miliki Penis Besar sangat Rentan Terpapar Virus Corona

Kedua pria tersebut telah membunyikan sinyal karena AS terlalu mengandalkan Tiongkok untuk barang-barang penting dan mengatakan pemerintah Donald Trump akan pintar melakukan diversifikasi.

"Mengapa Gedung Putih tidak mendatangkan orang-orang yang melakukan ini untuk mencari nafkah, yang ahli dalam sumber dan manufaktur, dan datang dengan strategi bagaimana kita akan memproduksi barang-barang ini."

"Tidak hanya di Tiongkok tetapi di Bangladesh, Afrika, Karibia, Honduras, dan Vietnam?," kata Malamud seraya bertanya.**(Ramadhan Dwi Waluya).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler