GAWAT! Sri Lanka Terancam Bangkrut, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

28 Juni 2022, 15:05 WIB
Sri Lanka resmi bangkrut, penjualan bahan bakar dihentikan selama dua minggu (Foto: Dok Net/ Ilustrasi) /

MANTRA SUKABUMI - Beberapa waktu kebelakang, media dunia sempat dihebohkan dengan beredarnya berita tentang "Kebangkrutan Sri Lanka." 

Dan ketika ditelaah lebih lanjut dari beberapa website penyedia artikel tersebut ternyata fakta tentang "Kebangkrutan Sri Lanka" memang benar adanya. 

Namun, jika mencoba menarik kembali ingatan kita pada tahun 1998 silam, Indonesia juga pernah berada di dalam situasi yang sama seperti di Sri Lanka saat ini.

Baca Juga: Mengenal Profil Negara Sri Lanka, yang Dikabarkan Bangkrut Karena Dilanda Krisis Ekonomi

Dimana Tanah Air pernah merasakan dampak terburuk dari krisis moneter yang melanda pada masa awal-awal digaungkannya era reformasi. 

Maraknya aksi kekerasan dan kejahatan yang merajalela, bangkrutnya perusahaan-perusahaan di Indonesia, Pecahnya demonstrasi di beberapa wilayah, macetnya kredit beberapa bank di Indonesia, hingga langka dan mahalnya harga kebutuhan pokok,

menjadi gambaran pahit dan menyedihkan dari pengalaman Indonesia yang pernah mengalami krisis moneter pada akhir-akhir periode pemerintahan orde baru saat itu.

Kemudian jika dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di negara Sri Lanka, apa yang terjadi dengan negara tersebut?

Lalu separah apa krisis yang terjadi hingga banyak media yang memberitakan kebangkrutan negara yang memiliki Ibu Kota bernama Kolombo, Sri Jayawardennapura Kotte tersebut?

Dilansir mantrasukabumi.com dari laman Nikkei Asia pada Selasa 28 Juni 2022, Bangkrutnya Sri Lanka dipicu oleh beberapa faktor majemuk seperti pemotongan pajak, penciptaan uang, kebijakan nasional untuk beralih ke pertanian organik atau biologis, pemboman Paskah pada tahun 2019, dan dampak pandemi COVID-19.

Baca Juga: Tanggapi Aksi Teror Sri Lanka dan Surabaya, Putri Presiden Indonesia ke 4 Alissa Wahid Dibantah Netizen

Sementara dikutip dari laman The Guardian, Kesulitan ekonomi mengakibatkan protes puluhan ribu demonstran yang mengepung istana Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada 9 April 2021 lalu dan menjadi aksi protes terbesar atas krisis ekonomi dan politik yang mengerikan di negara tersebut.

Akibatnya, beberapa warga Sri Lanka terpaksa memilih meninggalkan negara mereka untuk mendapatkan uang di luar negeri demi mencukupi kebutuhan ekonomi mereka.

Adapun Krisis Sri Lanka makin menjadi-jadi dimana badai ekonomi yang mengakibatkan demonstrasi politik itu berujung rusuh pada 20 April 2021.

Menurut seorang dokter yang dikelola oleh pemerintah Sri Lanka mengatakan, setidaknya satu orang tewas dan lebih dari selusin terluka setelah pengunjuk rasa bentrok dengan polisi di pusat kota Rambukkana

"Lima belas orang yang terluka dalam insiden itu dibawa ke rumah sakit dan tiga dalam kondisi kritis karena mengalami luka yang cukup parah di daerah perut mereka," kata seorang dokter di Rumah Sakit Kegalle saat diwawancarai oleh pihak Reuters.

Baca Juga: Mengejutkan, Arkeolog Temukan Makam Inca Kuno di Ibu Kota Peru yang Terletak di Bawah Rumah

"Satu orang meninggal setelah dirawat," tambahnya.

Dokter yang menolak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada media melanjutkan, Ini menjadi insiden kematian pertama sejak demonstrasi dimulai saat Sri Lanka dilanda krisis beberapa pekan lalu.

Negara ini menghadapi krisis akibat berkurangnya devisa negara karena Covid-19 yang memukul pariwisata, ketergantungan impor dan utang yang menggunung.

Salah satu utang Sri Lanka yang tak bisa dibayar adalah ke China melalui lewat skema Belt and Road Initiative (BRI).

Total utang Sri Lanka ke China saat ini mencapai US$ 8 miliar, sekitar seperenam dari total utang luar negerinya,

Kini negara berjuluk mutiara dari Samudera Hindia tersebut tengah mendesak Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memberikan bantuan keuangan secara cepat seiring dengan hantaman krisis terburuk sejak 1948 yang ditandai dengan gagal bayar utang tersebut.

Sri Lanka mencari sekitar US$3 miliar dalam beberapa bulan mendatang dari berbagai sumber termasuk IMF, Bank Dunia, dan India untuk mencegah krisis makin meluas.***

Editor: Mohammad Dzikri Mudzakir M

Sumber: Nikkei Asia

Tags

Terkini

Terpopuler