Italia dan Yunani Dituduh Lebih Memusuhi Para Migran Selama Pandemi

25 Agustus 2020, 11:06 WIB
FOTO ilustrasi imigran.*/REUTERS /

MANTRA SUKABUMI - Ditengah gonjang-ganjingnya perpolitikan di Afrika Utara dan Timur Tengah membuat rakyatnya menderita akibat terjadi terus menerus perselisihan hingga perang saudara terjadi di wilayah tersebut.

Sebagai upaya penyelamatan diri, rakyat Afrika Utara dan Timur Tengah banyak yang meninggalkan negaranya demi mencari ketenangan dan kehidupan yang lebih layak.

Sehingga mereka pencari suaka ke negara-negara yang mereka tuju yang dianggap aman demi keberlangusangan hidupnya.

Baca Juga: Sengketa Laut Mediterania, Presiden Turki Erdogan Nyatakan Siap Perang Hadapi Yunani

Baca Juga: 5 HP Gaming PUBG Terbaik, Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya, Mulai 1 Jutaan

Negara yang mereka tuju salah satunya Italia dan Yunani, namun ternyata tak semudah yang mereka pikirkan disaat tiba ke negara tujuannya rintangan dan hambatan harus mereka hadapi juga, karena kebijakan negara yang berbeda.

Seperti halnya Italia dan Yunani telah lama mengeluh kewalahan oleh para migran tidak berdokumen yang sangat ingin masuk ke Eropa, sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari Aljazeera.com.

Anggota Uni Eropa adalah titik pendaratan utama bagi pengungsi dan pencari suaka yang melintasi Laut Mediterania dari Afrika Utara dan Timur Tengah.

Baca Juga: Turki Prediksi Peroleh Rekor Emas Naik, Bank Sentral Akan Beli dengan Harga Tetinggi

Baca Juga: Yuk Kenali 5 Jenis Tanaman Hias Berdaun Merah dengan Harganya, Cocok Ditanam di Halaman Rumah

Kelompok hak asasi manusia mengatakan pandemi virus corona telah memberi kedua negara kesempatan untuk menindak pengunjung yang tidak diinginkan.

Mengutip penyebaran virus corona, Presiden Pulau Sisilia Italia telah melarang pendatang baru, dan memerintahkan semua pusat pengungsi untuk tutup pada tengah malam pada hari Senin.

Pemerintah Yunani, sementara itu, telah menolak tuduhan diam-diam mengusir hampir 1.100 migran dengan rakit pelampung yang bocor sejak Maret.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler