MANTRA SUKABUMI - Pada hari Rabu, 7 Oktober 2020 kemarin, sistem pertahanan Azerbaijan mencegah serangan rudal kedua Armenia di kota Yevlakh.
Sehari setelah serangan terhadap pipa minyak Baku Tbilisi Ceyhan (BTC) di kota itu, tempat wartawan Anadolu Agency (AA) hadir untuk merekam cuplikan bom cluster yang tidak meledak
Pasukan Armenia melancarkan serangan rudal jarak jauh, sebagai serangan yang ke dua setelah bom cluster yang tidak meledak dalam serangan pertama.
Dikutip mantrasukabumi.com dari dailysabah.com bahwa pejabat keamanan Azerbaijan berbicara kepada AA di tempat kejadian mengatakan pihak Azerbaijan menembakkan rudal untuk mencegah serangan Armenia.
Baca Juga: 5 Kombinasi Makanan Dianggap Bahaya, Tapi Sebenarnya Aman jika Dikonsumsi
Baca Juga: Covid-19 Masih Mengintai, Berikut Cara Tekan Penyebaran Virusnya
Pada hari Selasa, pasukan Armenia untuk pertama kalinya melancarkan serangan rudal ke pipa minyak BTC di tengah konflik regional dengan Azerbaijan.
Pipa BTC mengirimkan minyak mentah ringan Azerbaijan, terutama dari lapangan Azeri Chirag Gunashli, melalui Georgia ke pelabuhan Ceyhan di Mediterania Turki untuk diekspor melalui kapal tanker.
Azerbaijan menggambarkan serangan itu sebagai "aksi teroris" dan menyoroti peran penting pipa tersebut dalam keamanan energi Eropa.
Baca Juga: Sering Lupa atau Tak Sadar, Kebiasaan Buruk Ini Harus Dihilangkan
Baca Juga: 4 Penyebab BLT Tak Kunjung Cair Masuk ATM, Simak Penjelasannya
Bentrokan yang sedang berlangsung dimulai 27 September, ketika pasukan Armenia menargetkan pemukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer di wilayah tersebut, yang menyebabkan korban jiwa.
Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.
Berbagai resolusi PBB, serta organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan penyerang.
Grup Minsk, yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat, didirikan pada tahun 1992 oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) untuk menemukan solusi damai atas konflik tersebut tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, dicapai pada tahun 1994.
Banyak kekuatan dunia, termasuk Rusia, Prancis, dan AS, telah mendesak gencatan senjata segera. Turki, sementara itu, mendukung hak Baku untuk membela diri.**