Penyemprotan Disinfeksi di Jalan dan Ruang Terbuka, Dokter Amerika: Hanya Buang Waktu, Uang dan Energi

- 6 Juli 2021, 19:25 WIB
Penyemprotan Disinfeksi di Jalan dan Ruang Terbuka, Dokter Amerika: Hanya Buang Waktu, Uang dan Energi./
Penyemprotan Disinfeksi di Jalan dan Ruang Terbuka, Dokter Amerika: Hanya Buang Waktu, Uang dan Energi./ /mantrasukabumi/twitter/@FaheemYounus



MANTRA SUKABUMI - Dokter asal Amerika, Faheem Younus, MD menyoroti soal penyemprotan diinfektan.

Menurut Dokter Amerika itu penyemprotan disinfektan yang dilakukan di jalan-jalan dan ruang terbuka hanya buang-buang waktu, uang dan energi.

Hal itu diungkapkan Dokter Amerika bernama Faheem Younus melalui akun twitter pribadinya.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

"Benar-benar buang-buang waktu, uang, dan energi," tulisnya seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @FaheemYounus pada Selasa, 6 Juli 2021.



"Desinfeksi permukaan TIDAK diperlukan di jalan dan ruang terbuka," ujarnya.

"Rumah sakit dan kamar dengan pasien COVID adalah cerita lain," ungkapnya.

Dilansir mantrasukabumi.com dari laman kawalcovid19.id begini penjelasan soal penyemprotan disinfektan.

Sejak Indonesia dilanda wabah COVID-19, banyak muncul disinfeksi di depan fasilitas umum, gedung perkantoran, atau bahkan rumah pribadi.

Selain itu, juga mulai muncul praktek menyemprot cairan disinfektan ke pengemudi motor.

Berikut hasil penelurusan kami akan praktek penyemprotan cairan disinfektan ke tubuh manusia dan pengunaan bilik disinfeksi berteknologi sinar ultraviolet (UV).

Apakah penyemprotan cairan disinfektan ke tubuh manusia efektif untuk membunuh virus SARS-CoV-2?

Baca Juga: Pernah Terpapar Covid-19 Bersama Teuku Wisnu dan Mertuanya, Shireen Sungkar Ungkap 3 Hikmah Positif Corona

Untuk memastikan suatu cairan disinfektan efektif dalam membunuh virus, disinfektan tersebut harus tetap berada dalam bentuk cair pada permukaan benda mati selama jangka waktu yang ditentukan melalui percobaan ilmiah.

Jangka waktu ini biasanya disebut sebagai waktu kontak.

Menurut berbagai hasil penelitian yang dilansir oleh Badan Lingkungan Hidup Singapura (National Environment Agency) terhadap penggunaan cairan disinfektan terhadap virus corona, waktu kontak yang diperlukan berkisar dari 1 sampai 10 menit. 

Kita belum mengetahui waktu kontak efektif cairan disinfektan yang disemprotkan ke seluruh tubuh, baik melalui bilik disinfeksi maupun penyemprotan langsung, untuk membunuh virus SARS-CoV-2. 

Selain itu, masyarakat tidak mengetahui pasti bahan apa yang digunakan untuk membuat cairan disinfektan dan apakah cairan tersebut mengandung konsentrasi bahan kimia yang tepat.

Menurut berbagai sumber, ada beberapa cairan yang digunakan sebagai disinfektan yang disemprotkan ke tubuh manusia.

Antara lain larutan pemutih/natrium hipoklorit, klorin dioksida, etanol 70%, kloroksilenol, larutan garam terionisasi, benzalkonium klorida, hidrogen peroksida dan sebagainya.

Bahkan cuka dan jeruk nipis pun telah digunakan dalam pembuatan cairan disinfektan, meskipun bahan-bahan ini tidak terbukti secara ilmiah dapat membunuh virus.

Dengan alasan diatas, kami menyimpulkan bahwa praktik ini berpotensi memberikan rasa aman yang salah kepada masyarakat bahwa mereka telah terlindungi dari virus SARS-CoV-2.

Selain efektivitas yang belum terbukti, adakah bahaya lain dari penyemprotan cairan disinfektan ke tubuh manusia?

Praktik penyemprotan cairan disinfektan ke tubuh manusia dapat menyebabkan efek samping yang buruk terhadap kesehatan.

• WHO telah menyatakan bahwa penyemprotan cairan disinfektan ke seluruh tubuh dapat menyebabkan kerusakan selaput lendir seperti mata dan mulut.

• Menghirup gas klorin dan klorin dioksida dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernafasan.

• Penelanan dan penghirupan kloroksilenol, yang merupakan bahan aktif cairan antiseptik komersial, secara tidak sengaja dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius, bahkan kematian.

• Benzalkonium klorida dapat menyebabkan iritasi mata.

• Pengunaan cuka apel telah dilaporkan dapat menyebabkan iritasi kulit.

Selain itu, alkohol adalah bahan yang mudah terbakar, terutama ketika diaplikasikan sebagai uap dan digunakan dekat sumber api terbuka, seperti rokok.

Bagaimana dengan bilik disinfeksi yang menggunakan teknologi sinar ultraviolet (UV)?

WHO telah menyatakan bahwa sinar ultraviolet tidak boleh diarahkan langsung kepada tubuh manusia karena radiasi sinar UV dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak retina mata.

Baca Juga: Pernah Terpapar Covid-19 Bersama Teuku Wisnu dan Mertuanya, Shireen Sungkar Ungkap 3 Hikmah Positif Corona 

Jadi apa yang harus saya lakukan? 

KawalCovid19.id telah menyiapkan berbagai panduan untuk menjaga kebersihan tubuh:

• Jangan memasang bilik disinfektan di depan gedung. Cukup sediakan tempat cuci tangan atau hand sanitiser bagi para pengunjung

• Anjurkan semua orang untuk cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitiser secara rutin, terutama setelah menyentuh permukaan benda mati

• Jangan menyemprot tubuh pengemudi motor dengan cairan disinfektan. Ikutilah paduan yang telah kami tulis bagi para pengemudi dan penumpang ojol.

• Perhatikan tips untuk menyiapkan tempat kerja dalam menghadapi COVID-19

• Segera mandi dan mengganti pakaian setelah bepergian.***

Editor: Dea Pitriyani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x