Sepanjang abad, Afganistan telah menjadi tempat tinggal untuk banyak orang-orang dan telah menjadi objek dari banyak kampanye militer, terutama dari Aleksander Agung, Maurya, Arab Muslim, Mongolia, Inggris, Rusia dan di era modern oleh dunia barat.
Afganistan juga menjadi tempat di mana dinasti Kushan, Hun Putih, Samanid, Safarid, Ghaznavid, Gurid, Khilji, Mughal, Hotaki, Durrani dan lain-lain telah bangkit dan membentuk kerajaan besar.
Sejarah politik negara Afganistan modern mulai dengan penguasaan Kekaisaran Hotaki dan Durrani di Abad ke-18.
Pada akhir Abad ke-19, Afganistan menjadi negara penyangga di antara Kekaisaran Rusia dan Kemaharajaan Britania.
Baca Juga: Angkatan Udara Israel Serang Pejuang Afganistan di Suriah, DeirEzzor24: Gelombang ke Dua
Setelah Perang Afganistan ke Tiga di 1919, Raja Amannullah mencoba untuk memodernisasi Afganistan, tapi gagal. Afganistan menjadi negara yang damai pada waktu pemerintahan Zahir Syah selama empat puluh tahun.
Pada tahun 1970-an, serangkaian kudeta diikuti dengan serangkaian perang sipil menghancurkan sebagian besar Afganistan.
Kejadian-kejadian ini mulai ketika negara tersebut dijadikan negara sosialis di bawah pengaruh Uni Soviet selama Perang Soviet-Afganistan.
Setelah pasukan Soviet meninggalkan Afganistan, negara ini menjadi negara Islam karena Persetujuan Peshawar, namun sebagian besar wilayahnya telah dikuasai oleh kelompok supremasi Islam, Taliban, yang memerintah negara itu selama hampir lima tahun sebagai rezim totaliter.
Sejak Serangan 11 September 2001 di Amerika, saat Taliban dipaksa keluar dari Afganistan oleh koalisi yang dipimpin NATO, struktur politik Afganistan diganti dengan pemerintah pro-Barat yang dipilih melalui proses demokrasi.***