Tim Medis AS Temukan Hal Aneh di Darah Pasien Covid-19, Simak Faktanya

- 24 April 2020, 09:32 WIB
J Mocco, MD, Direktur Pusat Serebrovaskular Mount Sinai, David Reich, MD dan Presiden dan COO Rumah Sakit Mount Sinai, dan Hooman Poor, MD, seorang dokter ICU berpose bersama di luar rumah sakit di Manhattan, selama wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di New York City, New York, AS, 17 April 2020. REUTERS / Jeenah Moon
J Mocco, MD, Direktur Pusat Serebrovaskular Mount Sinai, David Reich, MD dan Presiden dan COO Rumah Sakit Mount Sinai, dan Hooman Poor, MD, seorang dokter ICU berpose bersama di luar rumah sakit di Manhattan, selama wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di New York City, New York, AS, 17 April 2020. REUTERS / Jeenah Moon /.*(foto Pikiran Rakyat Cirebon

MANTRA SUKABUMI -Amerika Serikat tercatat negara yang paling banyak korban virus corona.

Upaya pencegahan dan pengobatan terus diupayakan agar terlepas dari pandemi virus tersebut.

Setiap hari tim medis di Rumah Sakit melakukan pemeriksaan, pengobatan pasien yang terinfeksi positif virus corona.

Selain memeriksa dan mengobati para tim medis meneliti apa yang sebenarnya terjadi apabila seseorang terinfeksi virus Corona.

Alhasil dokter di di Rumah Sakit Mount Sinai memperhatikan sesuatu yang aneh terjadi pada darah pasien, itu dilakukan ketika virus corona menyebar di New York City pada akhir Maret 2020 lalu.

Baca Juga: Diklaim Tak Mampu Selamatkan dari Covid-19, Patung Dewa Umat Hindu Dibuang ke Laut

Setelah diteliti oleh beberapa dokter dari berbagai spesialisasi terlihat ada tanda-tanda penebalan darah dan pembekuan terdeteksi di berbagai organ tubuh.

Sehingga, kondisi ini akan menjadi salah satu efek yang cukup mengkhawatirkan ketika virus corona merusak tubuh, seperti yang disadari oleh para ilmuwan dan dokter di berbagai negara dunia.

Dikutip mantrasukabumi.com dari PikiranRakyat-Cirebon.com laman situs Reuters, alhi nefrologi di Gunung Sinai, melihat kateter dialisis ginjal tersumbat dengan gumpalan.

Bahkan, pulmonolog yang memantau pasien Covid-19 dengan ventilator mekanik dapat melihat bahwa sebagian paru-paru tidak memiliki darah.

Baca Juga: Raja Tinju MMA Wilhelm Ott Masuk Islam disaat Pandemi Covid-19

Ahli bedah saraf dihadapkan pada peningkatan risiko stroke yang dialami pasien akibat dari pembekuan darah, sehingga usia korban akan cenderung lebih cepat meninggal dunia, setelah dinyatakan positif Covid-19.

"Sangat mengejutkan betapa penyakit ini menyebabkan pembekuan terbentuk," ujar Dr. J Mocco, seorang ahli bedah saraf Gunung Sinai.

Lebih lanjut, ia juga menggambarkan beberapa dokter banyak membuka tabir rahasia dibalik virus corona, penyakit yang hanya disebabkan oleh virus ini.

Bahkan dikatakan lebih dari penyakit paru-paru, bahkan dalam beberapa kasus, stroke adalah gejala pertama pasien pertama pasien Covid-19.

Baca Juga: Bulan Suci Ramadhan Telah Tiba, Berikut 4 Keistimewaan Ramadhan, Simak Uraiannya!

Bermula, ketika rekan-rekan dari berbagai spesialisasi mengumpulkan pengamatan mereka, mereka mengembangkan protokol pengobatan baru.

Pasien sekarang menerima dosis tinggi obat pengencer darah bahkan sebelum ada bukti pembekuan. Guna mencegah penyakit strokemenimpa penderita.

"Mungkin, mungkin saja, jika Anda mencegah pembekuan, Anda dapat membuat penyakitnya tidak terlalu parah," ujar Dr. David Reich, pimpinan rumah sakit.

Protokol baru tidak akan digunakan pada pasien berisiko tinggi tertentu, karena pengencer darah dapat menyebabkan perdarahan di otak dan organ lainnya.

Sementara itu, dalam tiga minggu mulai pertengahan Maret, Mocco melihat 32 pasienstroke dengan penyumbatan darah besar di otak, dua kali lipat dari jumlah biasanya untuk periode itu.

Baca Juga: Pemkab Sukabumi Mulai Sebar Bantuan Kepada Masyarakat Terdampak Covid-19

Lima di antaranya berusia sangat muda, di bawah 49 tahun, tanpa faktor risiko strokeyang jelas, bahkan yang termuda baru berusia 31 tahun. Lebih lanjut, Mocco menyebut setidaknya setengah dari 32 pasien akan dites positif Covid-19.

Kemudian, Dr. Hooman Poor, spesialis paru-paru dari Gunung Sinai, mendapati dirinya bekerja lembur, dengan 14 pasienmenggunakan ventilator. Namun pembacaan ventilator bukan yang ia harapkan.

Paru-paru tidak tampak kaku, seperti yang biasa terjadi pada pneumonia. Sebagai gantinya, sepertinya darah tidak beredar bebas melalui paru-paru untuk diangin-anginkan dengan setiap napas.

Buruk bertemu dengan seorang dokter ginjal malam itu, yang mengatakan bahwa kateter dialisis sering tersumbat oleh gumpalan.

"Dan aku berkata, lucu sekali kamu menyebutkan itu karena aku merasa semua pasien ini memiliki bekuan darah di paru-paru mereka," ujar Poor.

Reich, presiden rumah sakit, memberi tahu Poor tentang lonjakan stroke yang dilihat oleh Mocco dan mengatakan kedua dokter itu harus bekerja sama, memulai diskusi dan pertemuan dengan kepala departemen rumah sakit.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Pikiran Rakyat Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah