Dampak Covid-19 di Negara Terkaya, Ribuan Orang Rela Antri Lebih 1 KM Demi Dapatkan Paket Makanan

- 11 Mei 2020, 02:00 WIB
Sukarelawan memberikan tas berisi bahan kebutuhan pokok sumbangan dari donatur bagi para warga yang terdampak wabah virus corona di Gelanggang Olahraga Ice Skating Vernets, Jenewa, Swiss, Sabtu (9/5/2020).*
Sukarelawan memberikan tas berisi bahan kebutuhan pokok sumbangan dari donatur bagi para warga yang terdampak wabah virus corona di Gelanggang Olahraga Ice Skating Vernets, Jenewa, Swiss, Sabtu (9/5/2020).* /REUTERS/

Bank Swiss UBS telah menghitung bahwa Jenewa adalah kota global termahal kedua untuk keluarga yang terdiri dari tiga orang, di belakang ada Zurich. Sementara pendapatan rata-rata juga tinggi, itu membantu sedikit orang yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Saya pikir banyak orang yang menyadari hal ini, tetapi berbeda dengan melihatnya sendiri," kata Silvana Matromatteo, kepala kelompok bantuan Geneva Solidarity Caravan.

“Kami membuat orang-orang menangis yang mengatakan 'Tidak mungkin hal itu terjadi di negara saya'. Tapi itu ada di sini dan mungkin Covid-19 membawa semuanya keluar dan ini bagus, karena kita akan dapat mengambil tindakan untuk mendukung semua pekerja ini, karena mereka adalah pekerja di atas segalanya,” katanya dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran-rakyat.com dengan judul Ironi di Salah Satu Negara Terkaya Dunia, Ribuan Orang Rela Antri Sejak Pagi untuk Dapat Makanan

Patrick Wieland, kepala misi untuk kelompok Dokter, mengatakan sebuah survei pekan lalu menunjukkan bahwa lebih dari setengah penerima makanan yang diwawancarai tidak berdokumen, sementara yang lain telah mendapatkan status hukum, adalah orang Swiss atau sedang mencari suaka.

Baca Juga: Miris,Satu Keluarga di Kabupaten Bandung Terpaksa Makan Rebusan Pepaya

“Di Jenewa, salah satu kota terkaya di dunia, selalu ada orang yang hidup tidak pasti, terutama semua orang yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, di bidang pertanian, di lokasi konstruksi atau di hotel, dan mereka menemukan diri mereka bermalam tanpa pekerjaan karena Covid-19,” katanya.

Seorang imigran ilegal yang menyebut dirinya Fernando mengatakan bahwa dia kehilangan pekerjaan di restorannya selama krisis dan tidak mendapat bayaran. 

"Saya sangat berterima kasih menerima bantuan ini dan jika situasinya berubah untuk saya, saya berkomitmen untuk melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan untuk saya," katanya.**(Abdul Muhaemin/ Pikiran-rakyat.com)

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah