Mutilasi Alat Kelamin, Pemerkosaan Hingga Pembunuhan Perempuan di Turki Picu Ribuan Orang Protes

- 6 Agustus 2020, 10:30 WIB
Ribuan wanita di Turki turun ke jalan pada 5 Agustus untuk menuntut pemerintah tidak menarik diri dari perjanjian penting tentang pencegahan kekerasan dalam rumah tangga [Yasin Akgul / AFP]
Ribuan wanita di Turki turun ke jalan pada 5 Agustus untuk menuntut pemerintah tidak menarik diri dari perjanjian penting tentang pencegahan kekerasan dalam rumah tangga [Yasin Akgul / AFP] /

"Adalah agama kami yang menentukan nilai-nilai fundamental kami, pandangan kami tentang keluarga," kata Yayasan Pemuda Turki, yang dewan penasehatnya termasuk putra presiden, Bilal Erdogan. Ia menyerukan agar Turki menarik diri dari perjanjian itu.

Penentang mereka berpendapat bahwa konvensi, dan undang-undang yang diadopsi pada tahun 2012 untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan, perlu diterapkan lebih ketat.

"Kita tidak bisa lagi berbicara tentang 'keluarga' dalam hubungan di mana satu pihak tertindas dan mengalami kekerasan," kata Asosiasi Perempuan dan Demokrasi (KADEM), di mana putri Erdogan Sumeyye adalah wakil ketua perempuan.

Baca Juga: Facebook dan Twitter Anggap Postingan Trump Tentang Covid-19 Langgar Aturan

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, Anna Błus, peneliti hak-hak perempuan di Amnesty International, mengatakan itu adalah "ironi pahit" bahwa pihak berwenang Turki sedang mempertimbangkan untuk menarik diri dari sebuah konvensi yang bertuliskan nama Istanbul.

"Diskusi ini sangat mengkhawatirkan, terjadi pada saat tindakan COVID-19, seperti penguncian, telah menyebabkan lonjakan laporan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan dengan banyak perempuan dan anak perempuan yang terjebak di rumah dengan pelaku kekerasan atau tidak dapat dengan mudah mengaksesnya layanan keamanan dan dukungan."**

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah